Sunday, January 27, 2013

Kerennya Ilmu Perbandingan

oleh Hasan Al-Jaizy

Ilmu paling keren itu ya ilmu perbandingan. Seperti ilmu perbandingan agama [Muqaaranah Al-Adyaan], atau ilmu fiqh perbandingan [Fiqh Al-Muqaaranah] atau lainnya kalau ada lagi. Kok paling keren:

Karena seolah-olah pelajarnya atau pegiatnya itu TAHU banyak. Tahu sana sini. Tahu ushul agama seberang. Tahu metode istinbath madzhab-madzhab. Nama yang cukup keren: Kristologi! Beuh. Lalu ada tulisan, Pak Fulan, pakar Kristologi. Keren sekali. Lalu, beberapa anak muda jadi ingin menyelami Kristologi karena 'kerennya'. Dalam bayangannya, kelak ia akan jadi orang besar dan tahu agama lain, seluk beluknya hingga mampu membantah hujjah agama lain.

Tapi, ngakaknya, ternyata ushul agama sendiri belebek-belebek. Ketika ditanya Rukun Islam dan Iman, mikir dulu. Ketika ditanya perkara lainnya yang dharury [yakni: yang tidak layak seorang muslim tidak tahu], jawabnya ngaco. Ditanya: "Allah itu ada di mana?"

Jawabannya malah: "Allah ada di mana? Allah ya ada di mana-mana!"

Kalau yang dimaksud pengawasan-Nya, rahmat-Nya dan kekuasaan-Nya, ya benar. Tetapi yang ditanyakan toh dzat-Nya! Apa tidak pernah baca ayat Al-Qur'an yang menjelaskan dengan jelas bahwa Allah di atas Arsy!? Apa tidak pernah lewat hadits yang difahami bahwa cukup menjawab, "Allah ada di langit!" itu sudah benar!? Kenapa masih berkata, "Allah ada di mana-mana?"

Masak yang seperti ini mau membantah agama lain dengan mendalami sumur tetangga? Wong sumur sendiri saja belum tergali!

Begitu juga dengan Fiqh Perbandingan. Ketika mendengar sebutan 'Pakar Fiqh Perbandingan'...wuiiihhh...keren. Itu kan pantas untuk mereka, para doktor-doktor yang memang pintar dan melalui belasan hingga mungkin lebih dari 20 tahun mempelajari dan mendalami. Kalau kita? Cuma dapet silaunya saja sekarang. Biasa menyandar total pada fatwa, tiba-tiba langsung pengen mempelajari Fiqh Perbandingan. Kalau sedikit-sedikit dan pelan-pelan, ya tidak masalah. Tapi, kalau memburu sekali, ya ngaca dulu.

Wong satu madzhab, yaitu madzhab Syafi'i saja belum kena Ushul-nya. Wong kitab Al-Mustashfa, yang berpengaruh besar dalam dunia Ushul Fiqh dan Mantiq saja belum pernah buka!? Lha, kok malah kepingin kuasai 4 madzhab dan memahami ikhtilaf mereka bahkan ingin menjadi pakarnya?

Kalau sudah disebut pelajar PERBANDINGAN [Baik Perbandingan Agama [Ushul] atau Fiqh [Furuu']], memang keren. Keren sekali malah. Seolah ia belajar menjadi hakim, yang kelak mampu mengumpulkan semua aqwaal dan pendapat dalam perkara-perkara Fiqhiyyah, lalu di-tarjih. Keren sekali.

Masalahnya, anak muda sekarang lebih terpacu karena keren dan silaunya, bukan karena ilmu dan manfaatnya. Makanya, kadang-kadang ilmu kita seolah 'tidak ada gunanya'; karena ingin keren dan menyilaukan.

No comments:

Post a Comment