Sunday, January 6, 2013

YAHUDI, PERGURUAN HIJAU DAN PENOLAK KEBENARAN!!!


oleh Hasan Al-Jaizy


Sebelum meneruskan membaca tulisan ini, penulis menghimbau pembacanya agar berusaha melapangkan dada. Selain itu, penulis juga menganjurkan agar pembaca tidak berpura-pura berlapang dada, yakni: 'ngakunya' berlapang dada namun rupanya ada kesumat mendendam di dalamnya.

Abdullah bin Salaam dikenal dahulu sebelum keislamannya sebagai seorang tokoh dan alim Yahudi. Ia mengenal tepat kitab yang disucikan oleh kaum Yahudi. Ia mengenal tepat sifat dan zaman kemunculan Nabi terakhir dalam agama Tauhid.

Diceritakan oleh Muhammad bin Ishaq, bahwa beliau telah diceritakan oleh keluarga Abdullah bin Salaam perihal dirinya dan keislamannya. Ia [Abdullah bin Salam] pernah mengakui, "Ketika aku mendengar tentang Rasulullah -Shallallahu alaihi wa Sallam-, aku sudah mengetahui namanya, sifatnya dan zamannya [1]."

Ini menunjukkan orang-orang Yahudi mengetahui kerasulan terakhir dan kedatangannya sebagai utusan terakhir. Begitulah yang Allah kabarkan:

ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًۭا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." [2]

Maka, bacalah ayat ini:

أَوَلَمْ يَكُن لَّهُمْ ءَايَةً أَن يَعْلَمَهُۥ عُلَمَٰٓؤُا۟ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ

"Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?" [3]

Abdullah bin Salam -radhiyallahu anhu- menyembunyikan keimanan tersebut di hatinya. Suatu kala, ia mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Ketika beliau tiba di Quba' [4], seseorang memberitahu Abdullah akan kehadirannya ketika ia sedang di atas pohon kurma [5] dan bibinya, Khalidah bintu Al-Haarits duduk di bawah pohon. Ketika ia mendengar kabar kedatangan Rasulullah, ia bertakbir!

Maka bibinya berkata, "Semoga Allah meruntuhkanmu! Demi Allah jika aku mendengar Musa bin Imran yang datang, maka tidak aku permasalahkan!"

Ia berkata, "Wahai bibiku, demi Allah, dia adalah saudaranya Musa bin Imran dan berada di atas agamanya. Ia diutus sebagaimana Musa diutus."[6]

Bibinya menanggapi, "Apakah ia Nabi yang kita dikabarkan bahwa ia kelak akan diutus sebelum Kiamat?" Ia mengiyakan. Bibinya berkata, "Kalau begitu, dialah Rasul itu!"

Abdullah bin Salam pun pergi menuju Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Ia pulang kemudian ke keluarganya, mengajak mereka dan mereka pun masuk Islam.

Namun ia menyembunyikan keislamannya dari kaum Yahudi. Ia berkata pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendusta. Aku ingin engkau memasukkan aku ke rumahmu agar mereka tak melihatku. Jika mereka tahu sekarang perihal keislamanku, mereka akan memfitnah dan mencelaku."

Lihatlah bagaimana seorang ALIM Yahudi menyerahkan diri pada Islam. Dan lihatlah bagaimana ia sungguh tahu perlawanan Yahudi pada kebenaran. Ingat, hal ini terjadi di zaman Risalah. Maka, tidak heran jika zaman sekarang, saat kerasulan telah terputus dan semakin jauh, Yahudi semakin terang-terangan melawan kebenaran, meskipun mereka MENGETAHUINYA!!!

Lalu Rasulullah menyembunyikannya di dalam rumahnya. Beberapa orang Yahudi mendatangi beliau. Beliau berbincang dengan mereka dan bertanya, "Apakah ada seorang di antara kalian bernama Al-Hushain bin Salaam[7]?" Mereka menjawab: Ia adalah tuan kami, anak tuan kami dan ulama kami."[8]

Setelah mereka selesai berbincang, Abdullah bin Salaam keluar dan berkata pada mereka, "Wahai kaum Yahudi, TAKUTLAH kalian pada Allah. Dan TERIMALAH apa yang datang dari kebenaran kepada kalian. Demi Allah, sesungguhnya kalian TAHU bahwa ia adalah Rasulullah. Telah tertulis di kitab kalian perihal nama dan sifatnya!"

Mereka pun membalas, "KAU TELAH BERDUSTA!" Dan mereka pun mencelanya kemudian. Mencela seorang ALIM dari bangsa mereka sendiri.

Abdullah bin Salaam berkata pada Nabi, "Bukankah telah kukabarkan bahwa mereka adalah kaum pendusta, pengkhianat dan fajir!?" [9]

*********

Sekarang, kita teringat pada saudara-saudara kita, baik itu alimnya ataupun awamnya dari perguruan hijau. Sekali lagi, berlatihlah untuk berlapang dada tanpa mengharuskan diri berpura-pura akannya.

Apa pendapat kalian, wahai saudaraku, tentang K.H. Mahrus Ali, misalnya?

Bukankah ia adalah seorang picik yang tidak mewakili kebenaran dan tidak mewakili 'warna' hijau kalian? Ia adalah seorang MANTAN kyai perguruan hijau. Dan pernah kudengar seorang alim di antara kalian, di dekat rumahku, menjelek-jelekkan orang ini; kenapa? Karena ia hanyalah seorang MANTAN kyai. Dalihnya: mantan kyai = buruk. Lebih baik menjadi mantan preman.

Abdullah bin Salaam adalah mantan kyai Yahudi, bukan? Dan ia membongkar keburukan kaum Yahudi. Ia MENGETAHUI karakter Yahudi dan ia tidak berpura-pura dalam membongkarnya.

Bagaimana dengan K.H. Mahrus Ali dalam beberapa karya yang menelanjangi anutan kalian, saudaraku? Contoh saja satu buku berjudul: "Mantan Kyai XX Menggugat SHOLAWAT dan DZIKIR SYIRIK", seperti: Nariyah, Al-Fatih, Munjiyat, Thibbul Qulub. Nama-nama itu sungguh boleh terkesan bagus, namun apa isinya?

Dan ketika seorang mantan menelanjangi grup lamanya, tentu ketelanjangan itu jauh lebih memilukan dan memalukan dibanding ditelanjangi oleh lawan murni. Bukankah begitu? Karena itulah, kalian berdalih-dalih. Lalu kalian mengejek dan menghinanya, sebagai ganti penelanjangan. Jika ada kitab bantahan dari kalian, satu yang ingin ditanyakan:

"Apakah kitab bantahan itu untuk menegakkan kebenaran, atau untuk penegakan grup dan pembenaran ritual kalian saja?"

Jawabannya mungkin kalimat ini:

"Betapa piciknya kamu! Kamu mengkiaskan kami dengan Yahudi! Seolah kami ini adalah kaum kafir!"

Justru di sinilah saya semakin mencium kepicikan. Suatu kiasan tidak mengharuskan pihak terkias dengannya dan pihak terkias padanya serupa dalam seluruh hal! Ketika saya mengkiaskan penceramah dengan singa, bukan berarti penceramah itu adalah binatang!

Lalu, sudahkah melihat isi kitab K.H. Mahrus Ali? Sudah. Apa isinya? Penjabaran, bantaha, kritikan dan segalanya. Adakah ayat dan hadits juga pendalilan keduanya di sana? Ada. Banyak malah.

Lalu, kenapa mesti dibenci jika memang itu benar?

Atau, memang sudah karakter terpasang sejak dahulu? Sebagaimana Habib Curhat itu, yang jika kita gunakan nalar, kita tahu hanya kekurangwarasanlah yang menyebabkan seseorang berbicara dengan kuburan! Jika boleh kita berbicara dengan mayat di kuburan, untuk apa pemisahan antara dua dimensi: kehidupan dan kematian!?

Di sisi saya, ada sebuah buku berjudul "Tradisi Orang-orang XX", karya H. Munawir Abdul Fatah -semoga Allah memaafkannya dan merahmatinya-. Berisikan ritual-ritual klasik kalian. Yang saya heran, mengapa miskin sekali buku ini dari ayat Al-Qur'an dan hadits!? Padahal untuk menegaskan eksistensi sebuah ritual khusus dalam syariat, membutuhkan dalil dari keduanya! Lalu, apa dalil-dalil beliau?

Kitab Tuhfatul Muhtaj, I'anatu Ath-Thalibin, Bughyat Al-Mursyidiin, Nihayat Az-Zain dan lainnya. Kering akan ayat atau hadits, meskipun ada beberapa buah. Maka, inikah yang dinamakan Islam Tradisionalis? Tidak butuh dalil-dalil, jika ulama sudah berkata begini, maka stuck selamanya begini. Jika dilawan dengan dalil, maka lawan dengan ulama. Atau jika perkataan ulama kalah oleh dalil [dan selamanya kalah], maka ini cara terakhir: "Dasar Wahabi! Dasar Sawah!" dan tingkah-tingkah yang seharusnya dipakai anak-anak sekolah dasar.

Maka, jadilah pencari kebenaran.

Bukan malah merasa diri dan kelompoknya sudah paling benar, lalu menghardik pembela kebenaran dengan perkataan, "Jangan merasa sudah benar!"

Ini namanya 'maling teriak maling'. Dan ini juga karakter kaum Yahudi; merasa tinggi dan merasa kebenaran ada pada mereka, padahal mereka sudah tahu kesalahan ada pada mereka. Hanya, fanatik buta terhadap golongan dan kesombongan hati sudah mengakar dan menjadi kulit yang tak terpisah.

Jika begitu adanya, maka siapa yang akan repot? UMAT!
Siapa yang akan repot? UMAT!
Kenapa umat akan repot? Karena mereka menjadi main buta-butaan. Belum lagi repotnya pertanggungjawaban di akhirat kelak. Karena apa? Karena fanatisme dan menolak kebenaran.

Atau, adakah di antara kalian yang begini:

"Membenarkan kebenaran dari pihak lain. Namun, hanya tersenyum saja di depan. Padahal, di belakang mangkel. Di dalam hati beda. Lalu, berusaha mengkritisi dan mencari kesalahan penebar kebenaran."

Kenapa kesalahannya dicari-cari, sementara kesalahan grupnya berhektar-hektar bertaburan hama!?

23 Shafar 1434
6 Januari 2013


Footnote:

[1] Yaitu: kapan kira masanya beliau -Rasulullah- akan muncul. 

[2] Q.S. Al-Baqarah: 146

[3] Q.S. Asy-Syu'araa: 197

[4] di daerah Bani Amr bin Auf

[5] Abdullah bin Salaam saat itu sedang bekerja.

[6] Yakni: Keduanya berada di atas agama Tauhid, yang semua rasul diutus dengannya, meskipun syariat yang digenggam tiapnya memiliki perbedaan dalam mengatur kehidupan manusia.

[7] Al-Hushain bin Salaam adalah nama sebelum keislaman Abdullah.

[8] Ada riwayat dari Imam Al-Bukhari bahwa Nabi kemudian berkata kepada mereka, "Apa pendapat kalian jika ia masuk Islam?" Mereka menjawab, "Demi Allah, tidak akan mungkin ia masuk Islam!" Lalu beliau pun berkata, "Wahai, ibnu Salaam, keluarlah. Tampakkan dirimu depan mereka."

[9] Lihat: At-Taariikh AlIslaamy, Mawaaqif wa Ibar, Abdul Aziiz bin Abdullah Al-Humaidy, 1/14-17, Daar Al-Andalus Al-Khadhraa'


No comments:

Post a Comment