oleh Hasan Al-Jaizy
Berkali-kali, entah di dunia nyata atau selainnya, saya dengar ikhwah
hizbiyyuun (langsung saja saya cap 'Hizbiyyun' karena kita -saya dan mereka-
sama-sama tahu bahwa mereka ber-tahazzub secara nyata; meskipun jangan-jangan
saya sendiri juga Hizby karena bersahabat dengan mereka) mengutip perkataan
emas yang baru:
"Kalian seharusnya contoh saudara kalian [baca: golongan kalian]
di Mesir! Mereka kini lebih terbuka wawasannya. Mereka sudah punya partai
sekarang. Dahulu, bukankah mereka dan juga kalian paling anti dengan partai!?
Sekarang, justru karena situasi dan ijtihad non-kolektif (dalam artian: tidak
disepakati semua kalangan dari berbagai negara), mereka punya partai. Namanya
sudah jelas: HIZB. Hizb Cahaya. Hizby. Tak apa-apa toh ngizby?"
Tanggapan saya (sebagai orang kecil tidak masalah jika dituduh Hizby)
adalah:
[1] Kalian berfikir bahwa seluruh kaum S di Mesir itu sepakat atas
pembangunan Hizb tersebut; padahal tidak! Mereka terbagi menjadi 2. Satu
mendukung, dan satu mengkritisi. Saya pribadi -karena bukan orang sana dan
tidak punya keahlian- tidak mendukung tidak pula mengkritisi. Tetapi, berusaha
menghormati karena itu adalah hasil ijtihad 'sebagian' dari ulama mereka.
[2] Kondisi negeri Mesir tentu berbeda. Mereka awalnya kehilangan
pemimpin. Barulah berfikir membentuk hizb. Tidak sama seperti kalian untuk saat
ini. Bukan karena kehilangan pemimpin, tetapi kadang seolah memanfaatkan rakyat
demi mencapai kepemimpinan, atau memanfaatkan lemahnya kepemimpinan kini demi
mencapai kepemimpinan, atau kepentingan duniawi.
[3] Hizb mereka ini jauh berbeda dengan milik kalian. Isinya huffadz,
ulama, mujtahiduun dan kaum awam yang tiap hari meniti hidup dengan manhaj
jelas. Kalau kepunyaan kalian, berisikan huffadz yang mulai keluar dan muak,
ulama yang setengah-setengah, oportunis, bunglon dan apa lagi?
[4] Hizb mereka juga berupaya meraih maslahat dan meringankan madharat.
Sampai sekarang begitu. Entah ke depannya apa yang akan terjadi pada mereka.
Tetapi, milik kalian -meskipun 'mungkin' dulunya berprinsip begitu- nyatanya
menambah madharat, meng-ignore maslahat syar'iyyah, demi meraih maslahat
syakhshiyyah (individual) atau thaa'ifiyyah (kelompok).
[5] Dari segi fanatisme pun berbeda. Hizb mereka masih bau kencur
(baca: masih baru) dan hawa fanatisme tidak begitu terasa. Hizb kalian sudah
berbelas tahun hingga berpuluh tahun. Bukan berarti menafikan maslahat yang
telah kalian berikan pada umat, tetapi yang kita rasakan adalah hawa-hawa
fanatisme kini.
Dan saya tak menafikan bahwa dengan hizb (kelompok), suatu maslahat
bisa dicapai. Bahkan bisa banyak maslahat tercapai. Namun, jika hizb menjadi
hizbiyyah, yang berarti ta'ashshub (fanatisme) dan menjadikan keputusan hizb,
atau kalam tokoh, atau perjuangan hizb sebagai tolok ukur manhaj, maka bukan
maslahat yang tergerai. Itu yang banyak (atau hampir selalu) terjadi sekarang.
Dan bukan tidak mungkin terjadi pada hizb cahaya di Mesir sana.
Kawan-kawan hizbiyyuun punya dalil baru sekarang; namun amat
disayangkan itu tak menyembuhkan lapar dan haus. Semoga kita bersatu. Dan
jernihkan fikiran: yang membuat kita berpecah-pecah dan berpetak-petak itu,
bukan hanya aliran, tetapi pengelompokan. Dan fatalnya, tiap kelompok memiliki
corong berfikir, aliran dan objektif masing-masing yang akan terbentur
tiap-tiapnya. Saling tabrakan. Jika mau setidaknya kita bersama-sama saling rangkul,
tidak untuk caper (cari perhatian), atau carsum (cari sumbangan), atau cakung
(cari pendukung) yang ujung-ujungnya demi maslahat kelompok sendiri, maka
bersatulah kita. Cuma, yang namanya ber-tahazzub, dengan ukuran hizbiyyah,
persatuan itu bagai oase di padang pasir. Dari jauh kelihatan indah, ketika
berlari mendekat, keindahan itu pasti hilang.
No comments:
Post a Comment