Monday, January 28, 2013

Islamic Book Fair 2012 = Kuburan Keramat I

oleh Hasan Al-Jaizy


Islamic Book Fair 2012 = Kuburan Keramat I

Seorang sahabat saya, sekelas di kampus, berasa dari Sunda, beberapa minggu yang lalu menanyakan sesuatu pada saya. Pertanyaan itu yang kembali menguak memori masa silam di tahun 2012. Kenangan berharga, yang ingin saya ceritakan di sini. Bukan bermaksud merendah atau berbangga. Tetapi, kenangan ini spesial sekali untuk saya.

Pertanyaan sahabat saya adalah, "Gimana Maret nanti, mau ke Book Fair bareng lagi ga?"

Saya terkejut dengan pertanyaan itu. Karena sudah lama tak mengingat IBF. Tentu saja saya berharap bisa datang ke event penting -bagi saya- itu. Bukan sekedar datang, namun mengais kitab-kitab yang lama saya idamkan. Itu pun kalau punya duit. :hammer

Brrr...selepas pertanyaan itu, saya termangu. Mengingat kenangan spesial. Sesuatu yang amat berharga.

Begini ceritanya:

Sebelum 2012, sebenarnya saya kurang perhatian dengan yang namanya IBF. Tetapi mendekati IBF 2012 [yang kalau tidak salah jatuh pada bulan Maret ketika itu], tiba-tiba rasa kangen, keinginan, syahwat, libido [?], dan hasrat menyelimuti hati. Hati saya sangat terangsang. Itu terasa di sekitar 2 hari sebelum diselenggarakannya. Di kelas, saya melihat selebaran untuk beberapa stand. Tergambar beberapa buku, yang sebenarnya bukan buku impian saya, namun....

...saya ingin sekali ke sana....

Tapi, kegusaran itu semakin mengabuti perasaan ketika saya tahu realita keuangan. Really. Saat itu saya kere sekaly. Uang cuma mentok ongkos kuliah sehari-hari. Sementara, mau cari pinjaman juga tidak mungkin. Nanti bayarnya bijimane? Gusar sekali. Anda bisa bayangkan, ketika Anda menginginkan dan merindukan sesuatu yang akan datang sebentar lalu pergi, tetapi Anda tidak mampu menemuinya. Gusar sekali.

Dan ketika itu, saya berfikir, 'Saya ga mungkin punya uang barang sejuta dalam waktu dua hari. Mau ngemis juga imporsambel...eh...impossible.' Saya benar-benar merasa harapan ini harus dimatikan.

Bel istirahat. Sekitar jam 11. Atau kurang. Saya pergi ke tempat di mana mahasiswa kampus biasa shalat Dhuha di sana. Ke sana, meniatkan berwasilah dengan amalan shaleh. Berdoa kemudian selepas shalat Dhuha. Di dalam doa, saya meminta semoga Sang Raziq menurunkan rizkinya. Saya ketika itu benar-benar membayangkan kitab Fathul Bary. Selagi doa, masih ada keraguan; karena memang mustahil saya akan dapat uang. Gaji kerja sudah tercukur. Kampus pun tak ada kabar bakal menurunkan dana. Minta pada ortu? Umur saya lebih dari 22 tahun.

Esoknya, saya ngampus. Datang awal tentunya sebelum jam pelajaran pertama. Sebelum jam 7 pagi, seperti biasa anak kampus saya. Teman-teman memperbincangkan sesuatu yang membuat saya terbengong-bengong.

Apa itu?

Rupanya kampus saya mengucurkan dana mukafa'ah [mukafa'ah adalah semacam beasiswa di luar KBM atau sebut saja: gaji!] yang -kalau tidak salah- sekitar 2.000.000. 2 juta! Yeah, 2 juta! 

Teman saya, yang mempunyai jaringan koneksi pada mahasiswi [akhwat] mengabarkan bahwa kemarin sebagian mahasiswi sudah dapat. Giliran kita rupanya esok, atau esoknya.

Saya diam. Diam bukan karena sedih atau bagaimana. Saya diam karena mengingat doa kemarin. Benar-benar sebuah keajaiban! Benar-benar sebuah anugerah! Benar-benar sebuah jawaban! Hingga saya menceritakan berkali-kali pada sahabat saya yang Sunda ini, bahwa saya tidak menyangka harapan saya terkabul. Padahal kemarin saya sempat pasrah dan berfikir, 'Jikalau untuk kali ini saya tidak dapat rizki, semoga Allah memberikan yang lebih baik dari sesuatu lain.'

...bersambung


No comments:

Post a Comment