Friday, January 25, 2013

Kalau Memang Belum Saatnya Married...


oleh Hasan Al-Jaizy

Kalau memang merasa belum saatnya married, karena belum mampu secara finance, atau karena mau konsentrasi belajar dulu, atau faktor lain, ada 2 tarekat:

[1] Tarekat yang baik: jangan main senggol main kenal main senyum-senyum sama perawan donk. Apalagi kalau sudah sengaja komunikasi ga penting.

[2] Tarekat yang jelek: main senggol, colek, genit-genitan, senyum-senyum. Mengicar komunikasi ga penting. Baru ada gadis nanya sedikit, langsung diperhatikan.

[3] Tarekat yang munapik: di depan rakyat menampakkan muka 'galau' karena masih single dan sebagainya. Padahal, diam-diam main senyum di belakang layar, berburu, dan selainnya. 

Kegalauan itu untuk diobati atau dioles. Bukan dipelihara dan dijadikan sebagai topeng. Apalagi dijadikan sebuah kekonyolan dengan kelebayan yang tak berhenti. Obati dengan menikah jika memang merasa sudah waktunya dan mampu. Kalau belum, obati dengan ibadah, cari mulfit an-nadzar [hal yang memalingkan pandangan dan perhatian], contohnya: konsentrasi kerja, menuntut ilmu dengan giat, membantu ortu, membuat karya, membentuk organisasi dan masih banyak lagi.

Bukan berarti melarang penampakan kegalauan. Hanya, jika di masa bujang yang seharusnya masih fresh dan kuat saja sudah letoy begitu, dan menampakkan kelemahan, nanti saat sudah jadi bapak-bapak, mau jadi apa? Mr. Susis?

Keep cool and stay strong!

Men are cool and constructed to be strong!

Note: Kemungkinan besar yang membuat seorang bujang berlaku buruk dalam kegalauannya adalah kemaksiatannya sendiri, seperti main mata, main message dan punya hubungan privasi. Di sini, sebenarnya setan lah yang membarai kegalauannya.

No comments:

Post a Comment