Monday, January 28, 2013

Persaudaraan dalam Islam

oleh Hasan Al-Jaizy


Fawaid 0026: "Persaudaraan Dalam Islam"

Persaudaraan yang dimaksud di sini adalah persaudaraan dari segi agama, yaitu Islam. Bukan yang termaksud: persaudaraan nasab, atau persaudaraan mukhtalaq [dibuat-buat] yang murni bersifat duniawi, seperti persaudaraan antar pecinta suatu permainan, buku, olahraga, musik dan selebihnya. Persaudaraan ini yang kita sebut: Al-Ukhuwwah Al-Islamiyyah.

Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌۭ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." [Q.S. Al-Hujurat : 10]

Merupakan sifat persaudaraan Islam terindah adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Ketika Anda memiliki seorang sahabat, tentu Anda akan berusaha menyukai apa yang disukai sahabat Anda, atau membenci yang ia benci. Ini adalah gambaran persahabatan secara umum. Namun, persahabatan dalam Islam, tidak membebaskan kesukaan dan kebencian akan sesuatu begitu saja; melainkan harus di dalam aturan yang Allah tetapkan, yakni tidak menyukai perkara yang diharamkan meskipun sahabatnya menyukai, dan tidak membenci perkara yang dipandang baik oleh syariat.

Persaudaraan antar muslimin adalah perkara penting, berdasarkan ayat di atas. Bahkan Syaikh Abu Hamid Al-Ghazali -rahimahullah- mengkiaskan tali persaudaraan itu bagaikan tali ikatan [akad] pernikahan. [Ihya' Uluum Ad-Diin, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, 2/173] 

Karena dalam akad pernikahan, ada hal-hal dan hak-hak yang wajib ditunaikan juga dijaga. Maka, saudaramu pun memiliki hak yang wajib ditunaikan atau dijaga, baik itu harta, jiwa, lisan, hati, doa, ketulusan, dan lain-lain. 

Mengenai persaudaraan Islam, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimiin berkata:

الأخوة في الدين أقوى من الأخوة في النسب بل إن الأخوة في النسب مع عدم الدين ليست بشيء

"Persaudaraan dalam agama [Islam] lebih kuat daripada persaudaraan dalam nasab. Bahkan, persaudaraan nasab tanpa [keterikatan] agama tak berarti apa-apa." [Syarh Riyadh Ash-Shalihiin, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimiin, 2/382] 

Karena Allah telah mewartakannya dalam sebuah kisah penuh hikmah:

وَنَادَىٰ نُوحٌۭ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." [Q.S. Huud : 45]

Anak dari Nabi Nuh bukanlah seorang yang beriman dan enggan mengikutinya. Meskipun begitu, Nabi Nuh -alaihis salam- memohon kepada Allah perihal anaknya dengan mengatakan sesungguhnya ia termasuk keluargaku. Di dalam ayat, terdapat lafadz Inna [إِنَّ ] yang memberi faedah tawkiid, yaitu penguatan statement. Di sini, Nabi Nuh menguatkan kandungan kalimat bahwa 'dia, anakku, benar-benar termasuk keluargaku!'
Namun, Allah Ta'ala menjawabnya:

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ

"Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan)." [Q.S. Huud : 45] 

Lihatlah, betapa seorang anak yang merupakan buah hati orang tuanya, tidak memberi apapun yang berharga dan tidak dihargai jika terputus ukhuwwah Islamiyyah. Di sini, renungkanlah betapa kita memiliki saudara yang begitu banyak. Seantero dunia, di sana bertempat tinggal berjuta saudara kita! Namun, jikalau kita memiliki kerabat yang kafir, ia adalah orang yang jauh dan bukan seorang saudara dalam Islam, melainkan hanya disebabkan garis nasab semata yang duniawi.

Maka, Syaikh ibn Al-Utsaimiin pun berkata:

أما المؤمنين فإنهم وإن تباعدت أقطارهم وتباينت لغاتهم فإنهم إخوة مهما كان 

"Adapun orang-orang mukmin, maka -meskipun berjauhan negeri-negeri mereka dari ujung ke ujung dan berbeda bahasa mereka- sesungguhnya mereka bersaudara, bagaimanapun jua." [Syarh Riyadh Ash-Shalihiin, 2/383]

Berandai sajalah Anda pergi ke suatu negeri yang mayoritas penduduknya beragama selain Islam. Lalu Anda menemukan seorang berpakaian muslim. Apa yang akan Anda katakan selain 'Assalamualaikum'? Apakah mengatakan Halo? Tidak. Tetapi sebuah kalimat doa yang dikenal 'Salam', yang berarti secara lengkap: "Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah atasmu".

Adakah greeting yang lebih indah dari itu? Tidak ada!
Adakah persaudaraan yang lebih indah dari persaudaraan Islam? Tidak ada!

18 Shafar 1434
1 Januari 2013


No comments:

Post a Comment