Sunday, January 13, 2013

BELUM BERAKHIR!


oleh Hasan Al-Jaizy


Asalnya begini: Menyesal karena tidak diam itu berkali-kali terjadi, sedangkan menyesal karena diam itu jarang terjadi.

Tetapi, kita seringkali menyesal karena diam. Diam karena ketidakmampuan kita. Ketidakmampuan dalam hal apa? Ini:

[1] Amar Ma'ruf. Ketika di manapun, termasuk di lingkungan sendiri, juga dalam rumah, kita ternyata belum maksimal menegakkan hal ini.

[2] Nahi Munkar. Ini lebih berat lagi. Nahi Munkar, hampir seluruh wujud prakteknya akan mendapat perlawanan, meskipun hanya sebatas kalimat tidak setuju. Sudah berapa kilo kaki kita berjalan? Lihatlah orang sekitar dengan kemunkaran yang mereka lakukan. Ketika kita ingin sekali dalam hati mengungkap pengingkaran dengan kalimat atau isyarat, kita teringat diri sendiri yang juga melakukan kemunkaran lebih buruk dari itu [jika memang], atau kita juga melakukan yang sama di kesendirian. Hal ini salah satu faktor pencegah kelemahan kita dalam menasihati secara langsung. Ada lagi faktor eksternal, yaitu lingkungan, psikologi manusia, dan sosiologi masyarakat.

[3] Merubah diri menjadi lebih baik, atau bahkan terjatuh di lubang yang sama. Motto 'Muslim takkan jatuh di lubang yang sama' tidak semudah menundukkan wajah dan pandangan di tengah keramaian. Kita pernah menyesal, tidak sekali dua kali, karena gagal meng-upgrade dan meningkatkan kualitas hidup kita, baik secara penghambaan, maupun kemanusiaan.

[4] Hilangnya ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat. Jika ingin menangis, maka menangislah karena hal ini. Ini disebabkan bodohnya kita, lemahnya kita dan berliputnya sirah hayat dengan dosa dan dosa.

Mereka berkata, penyesalan hanya hadir di akhir

Namun, ternyata tidak, karena semua belum berakhir

Kita masih punya kesempatan tuk mengukir

sejarah baru dalam hidup karena belumlah ia berakhir

-

No comments:

Post a Comment