Saturday, January 5, 2013

Senior Tetapi Hakikatnya JUNIOR

oleh Hasan Al-Jaizy


Mungkin seorang yang 'baru' bisa mengulik dan menerbitkan sebuah artikel ilmiah, ketika melihat orang lain hanya menulis tulisan ringan, hatinya bercerita, 'Hehe. Punyamu masih kalah jauh dari punyaku. Punyamu hanya kalimat biasa, sedangkan punyaku adalah upayaku menggali kitab ulama, menyusun dan mendalaminya.'

Atau seorang yang 'baru' bisa men-takhrij hadits-hadits, pintar menggunakan perpustakaan elektronik dan membuka kitab-kitab tebal, ketika melihat orang lain hanya bermodal 'nukilan' pragmatis, hatinya bercerita, 'Punyamu bukanlah apa-apa dibanding punyaku.'

Mungkin juga seorang yang 'baru' bisa memahami bahasa Arab dan kaget dengan gemerlapnya kitab2 elektronik atau ebook, ketika melihat orang lain hanya bisa memahami terjemahan fatwa, terjemahan kitab dan sebagainya, ia akan bergumam, 'Jangan cuma bisa baca terjemahan. Kalian itu bukan apa-apa. Belum seberapa. Hargailah saya yang tidak [mau] baca terjemahan, tetapi harus ke sumber asli dengan bahasa Arabnya.'

Orang semacam itu, kesimpulan saya, adalah orang-orang 'baru' belajar dan mengenal, meskipun sudah bertahun lamanya belajar, atau sudah lulus mondok bertahun-tahun, atau kuliah di kampus syariah, atau atau atau.

Dan pemilik status ini, sebagaimana kalian, adalah seorang pemula. Seorang yang baru belajar; sehingga kalimat-kalimatnya bukanlah sebuah sandaran, dan kesalahan-kesalahannya adalah sebuah pembuktian...bahwa memang ia adalah pemula. Jadi, taruhlah seseorang pada posisinya.

Ilmu itu Dasarnya Bukan Untuk Keren-kerenan

...dan bukan untuk pamer-pameran.

Jumlah buku bukanlah untuk dipamerkan. Seperti yang tergambar di propic dan wall photo penulis. Itu bukan untuk dipamerkan agar dipuji. Namun, tidak semua pameran bertujuan agar dipuji. Karena dia bermaksud agar orang yang melihatnya terbangkitkan syahwatnya akan kitab!

Karena ia merasakannya sendiri; ketika temannya memperlihatkan jumlah kitab yang ia baca, ia merasakan kepahitan dalam dirinya dan tergugah agar ikuit hal positif dari temannya itu.

Seorang yang memamerkan kelebihan patut dicela jika memang ia menginginkan pujian dari orang lain, atau merendahkan orang lain yang tidak mempunyai hal yang sedang dipamerkan. Memamerkan rizki, kelebihan, kebaikan dan keutamaan tidaklah tercela selama dimaksudkan agar orang lain termotivasi, terdorong menuju hal positif dan tergugah.

http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/483531088354948

No comments:

Post a Comment