Saturday, January 26, 2013

Menjaga Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Para gadis yang disebut akhwat itu, selama berselancar di situs ini, setidaknya menjaga diri agar jangan sampai kekagumannya terhadap seorang lawan jenis terendus, tercium dan tersebar begitu saja di tengah warga. Simpan baik-baik jika memang punya rasa. Jangan menabur cerita. Bahkan kisi-kisinya pun tidak perlu diwarta. Simpan saja. 

Karena meskipun tidak semua, tetapi banyak gadis [baik disebut akhwat, ikhwit, ikhwan atau gaswat] yang sudah mencapai usia 22 ke atas, apalagi menjelang 30 dan belum menemukan teman bobo, rentan pada fikiran-fikiran ke penyebaran undangan. 

Baru kagum sebentar, mungkin sudah berfikir 'sepertinya dia jodohku'. 
Tambah kagum, jadi berdoa 'Ya Allah, jadikanlah ia pasanganku'.
Muhawalah [berusaha] interaksi, lalu diladeni, jadi berfikir 'Kyaaa, jangan-jangan dia memang benar jodohku'

Lalu mencari cara bagaimana agar perasaan di hatinya tertuang dalam kehidupan nyata. Entah bicara pada teman perihal manusia yang dikagumi. Atau sekadar bikin status mujmal [global atau tidak jelas dan tidak tertentu menuju ke siapa] yang menghembuskan kekaguman. Atau yang lebih terasa 'salehah', berdoa, "Ya Allah, jadikanlah ia jodohku. Jikalau ia bukan jodohku, maka jadikanlah aku jodohnya."

Dan gadis yang 'baik', akan malu sejadi-jadinya jika orang yang ia kagumi mengetahui kekagumannya terhadapnya. Malu-malu ge'er. Ingin kabur saja, ingin jadi batu saja, ingin ke laut saja; tapi senang karena ternyata dia tahu. 

I Tell Ya 

Kekaguman seseorang pada orang lain di dunia yang tak nyata perlu dibatasi. Jangan pelihara kekaguman yang berlebih. Jika terlihat ganteng di foto, itu tidak memastikan meski menggambarkan wujud aslinya. Tapi, kebanyakan manusia bermanis muka dan bergagah gaya kala difoto, sementara di kamar berasem wajah dan berculun payah. 

Atau kagum karena tulisannya bagus? Jika kagum hanya karena tulisan [titik!], maka it's fine. Tapi jika meneruskan penyelaman hati pada pemilik tulisan, lalu mencari-cari tahu siapa dia, bagaimana, mengapa, kok bisa, seberapa, darimana, yang intinya: 'masih bujang atau tidak?' Kalau dia adalah emak-emak yang sudah punya Rambo, hal ini tak banyak memberikan dampak bagi jiwa emak-emak. Kecuali jika ia centil kuadrat. Urusannya bisa berabe, kalau Rambo ikut campur, Gatot Kaca pun bisa diberondong peluru. Tetapi jika dia adalah gadis yang sedang mencari jati diri dan 'pohon jati', maka ini dia!

Dan wanita seringkali kurang berfikir demi menawarkan rasa. Senang sedikit, langsung terucap. Suka sedikit, cepat berkhayal. Lalu, baru nyadar setelah beberapa masa, bahwa ucapan dan khayalannya itu salah. Harus dibubarkan. Dari segi inilah, merupakan salah satu sebab mengapa wanita tak layak menjadi pemimpin. Tetapi, seorang pemimpin pun takkan kuat tanpa wanita. Di balik suami perkasa, ada wanita di belakangnya. Di balik anak yang berjaya, ada didikan ibu di sebaliknya. 

Fikirkan lagi. Yang dikagumi belum tentu layak dikagumi. Jangan sekarang terkagum-kagum, nanti ketika sudah dekat dan bersatu, ternyata baru tahu bahwa pihak yang dikagumi memiliki kekurangan yang buruk. Setelah terkagum berzaman-zaman, berubah kemudian menjadi benci karena kurang mikir, mengedepankan rasa semata dan kurang bersyukur.

Kenapa banyak penghuni neraka wanita? Karena kurang mikirnya. 
Bagaimana itu bisa? Bisa ketika ia mengatakan pada suaminya, "Kau tak pernah memberikan kebaikan apapun padaku!" disebabkan rasa dan emosi semata tanpa berfikir sebelum berkata. Dan ini banyak terjadi.

Karena itu, jaga hati dan tahan lisan, baik itu lisan bicara, atau lisan tulisan. Jodoh ada di tangan siapa, katanya?

1 comment: