Saturday, January 26, 2013

Lelucon Konyol Saat Ini

oleh Hasan Al-Jaizy

Membuat status, bagi saya, tidak hanya belajar menulis saja, tapi setelahnya mempelajari reaksi manusia. Setelah menulis tulisan humor, bagaimana reaksi manusia. Begitu pula dengan tulisan full-sarkastik. Dan saya berusaha mempelajari siapa-siapa yang mengomentari, bentuk reaksinya, gelombang emosinya, susunan kalimatnya dan seterusnya. Hal semacam ini menarik, bagi saya pribadi. 

Dan berbulan belajar, saya banyak menarik kesimpulan. Biarlah itu disebut subjektif. I tell you this: Jika penilaian Anda disebut oleh orang lain 'subjektif', maka ketahuilah bahwa penilaian dia terhadap penilaian Anda bisa juga sendirinya 'subjektif'. Jadi, belum tentu penuding 'subjektif' lepas dari subjektifitas tudingannya.

Tulisan yang murni ilmu dan ilmiah tentu kurang laku. Bandingkan saja dengan tulisan humor atau sarkastik atau nyolot dan sebagainya. Satu sisi, ini wajar. Sementara di sisi lain, ini tidak wajar. Kita, yang 'katanya' atau klaim kita sendiri, mengagungkan ilmu, ternyata tidak sesuai klaim kita. Dan ini juga cerminan untuk saya pribadi. Kita ini kadang-kadang konyol kesumat. Melawak tanpa sadar. Sadar ilmu tapi kok gemar lawakan dan loyo akan ilmu.

Maka, tidak heran jika lalat-lalat lebih suka kerubungi kotoran. Atau, yang lebih bagus lagi deh, kerubungi kue. Kenapa? Mungkin karena kue itu tasty, ada rasanya dan enak mewariskan kuman di sana.

Ya sebagaimana kita, lebih suka kerubungi tulisan-tulisan kotor. Atau, yang lebih mending: tulisan-tulisan yang ngomongin 'mereka itu kok begini ya', 'mereka itu kok begitu...wallahul musta'aan' dan sebagainya. Kenapa? Mungkin karena tulisan semacam itu tasty, ada rasanya dan enak mewariskan komentar di sana.

Manusia akan senang berkumpul dengan yang sejenisnya. Para ulama, ketika berkumpul dengan ulama, klop dan enak bercengkrama ala ulama. Para pembahas masalah Tahdzir, Hizbiyyah, perpecahan umat dan sebagainya tentu saja klop dengan sejenisnya. Jika berkumpul dengan ulama, menunduk dan mengangguk-angguk saja; padahal ketika membahas masalah perpecahan dengan kawan-kawannya, ia sungguh perkasa.

Nah, ini dia perlu kita korek si diri kita. Kita korek-korek lagi; betapa konyolnya kita ini. Kok cuma ngerubuti tulisan perpecahan? Kok cuma seneng ngobrol sama ikhwan yang hobi ngomongi 'mereka begini mereka begitu'? Kok cuma mau komentari tulisan2 bantahan? Kok ketika disuguhi materi ilmu murni langsung hilang dalam bayangan?

Ini lelucon sekali...tidak....dua kali...tidak...tak terhitung berkalinya.

...dan lelucon itu ada pada diri kita, bukan?

Coba, sekarang mari tanya deh muka masing-masing. Anggap saja Anda adalah Mr. X:

Mr. A : "aKh, besok ada kajian Ust. Grrr!"

Mr. X : "Bagus itu. Hadir aja. Ustadz itu muridnya ustad ini, syaikh itu, ulama ini, mbah itu. Tapi, beliau pernah ditahdzir oleh blalalala. Kemudian beliau membantah lewat risalah pesbukiyyah di statusnya begini begono. Setelah itu, dia pernah buat yayasan ini itu. Lalu ditahdzir lagi. Kemudian, beliau pergi berguru ke Gua Hantu. Pulang2 jadi Si Butet Dari Gua Hantu." 

Mr. A : "Wah, antum tahu banyak ya tentang beliau?"

Mr. X : "iYA, Masalahnya hare gene banyak banget thullab al-ilm ga konsen sama ilmu; cuma hobi taqlid dan tahdzir ajah! Mereka biasanya dari jema'ah fulan fulan fulan. Domisili si fulan di kota X. Pernah jadi penulis di majalah Hoi. Dulu, pernah sempat ditahdzir gara-gara mereview kaset ceramah berjudul Mas Joko Tak U'u. dan seterusnya. Kita layak tahu ini, supaya para tukang tadzir itu ga sembarangan."

Mr. A : "aKh, 3 sUraT TerAkHiR dI Al-Qur'an aPaA yaazh?"

Mr. X : Senyum-senyum ngejek. "Kayak gtu kok ditanya ke gue?"

Mr. A : "Tinggal jawab gitu loch! Susah ya?"

Mr. X : "Hadeeeh.....ada ga pertanyaan yang bikin otak muter dikit."

Mr. A : "Yo wes, Allahushshamad artinya apa, akh?"

Mr. X : "hEh?"

Mr. A : "iYA, sama ini nih: "wa min syarrin naffaaastastifin"...itu apa ya?"

Mr. X : "hEH? Heh?"

=================================

Lelucon konyol saat ini:

"Punya tanda seru, koma dan titik dalam pembahasan nyampah. Cuma punya tanda tanya dalam pembahasan ilmiah."

No comments:

Post a Comment