oleh Hasan Al-Jaizy
I
'Anda pernah sekolah? Jika pernah, saya tanya: apakah kita harus berterima kasih pada guru yang mengajari kebaikan pada kita?'
Anda jawab, "Tentu saja harus!"
'Tetapi, bukankah mereka sudah dibayar? Sudah digaji, bukan? Untuk apa berterima kasih lagi?'
Anda jawab, "Karena bayaran itu untuk upah upaya dan tenaga. Sedangkan berterima kasih itu di lisan saja, tidak berbentuk materi."
'Baiklah...kalau begitu pernah ikut majelis ta'lim or sumting like dad?'
Anda jawab, "Tentu saja pernah. Rutin malah!"
'Anda membayar ustadznya?'
Anda jawab, "Tentu tidak. Kan sudah saya beri Combantrin...lho?"
'Berarti gratis?'
Anda jawab, "Tentu saja gratis."
'Kalau begitu, mana yang lebih layak diucapkan terima kasih padanya, guru bayaran atau guru relaan?'
II
'Oh ya, Anda pesbukan?'
Anda jawab, "Tentu saja iya. Hare gene!?"
'Punya teman yang mengajarkan atau menyeru pada kebaikan?'
Anda jawab, "Alhamdulillah, iya. Mereka mencerahkan berkali-kali."
'Mereka meminta Anda membaca tulisan atau usaha mereka?'
Anda jawab, "Tentu saja tidak!"
'Mereka meminta Anda untuk membayar upaya mereka?'
Anda jawab, "Tentu saja tidak!"
'Mereka meminta Anda untuk sedekah jempol pada status mereka?'
Anda jawab, "Tentu saja tidak!"
'Lalu, apa yang mereka minta dari Anda?'
Anda jawab, "Tidak ada permintaan apapun dari mereka ke saya tuh."
"Kalau begitu, Anda harus bersyukur, berterima kasih dan berbuat baik pada mereka; karena mereka memberi mu sedangkan mereka tidak meminta apapun darimu untuk kau berikan pada mereka."
2 Rabi'ul Awal 1434
No comments:
Post a Comment