oleh Hasan Al-Jaizy
Disimpulkan oleh Ibnul Qayyim [w. 751 H]bahwa membuka pintu Ta'wil [yang rusak] adalah penyebab kehancuran alam serta kerusakan diin [agama] dan dunia. [Ash-Shawaa'iq Al-Mursalah, 1/348]
Ta'wil yang dimaksud bukanlah ta'wil bermakna tafsir yang sesuai dengan pemahaman salaf; melainkan sebuah aplikasi memahami teks dengan cara menyimpangkan makna zahir hakikat menuju makna yang tidak zahir atau tidak sebenarnya TANPA dalil yang sah. Bahkan terkadang dimaknai dengan makna yang tidak dikenal sama sekali pencocokannya dalam bahasa.
Contoh:
Jika saya katakan, "Saya melihat singa di hutan"
Ta'wil yang rusak adalah memahami kata 'singa' tersebut adalah kelinci berwarna kuning. Hal ini tidak pernah dijadikan penggunaan sama sekali dalam bahasa, baik formal ataupun keseharian.
Dan ta'wil yang melenceng tanpa disertai dalil yang sah, tidak lain dilahirkan oleh penyakit hati; yaitu ittiba' al-hawa. Apa lagi selain ini? Jika seorang liberal memaknai jilbab dalam Al-Qur'an bukan jilbab sebenar penutup aurat, melainkan jilbab hati, maka ia WAJIB mendatangkan qarinah atau dalil untuk menguatkan pemaknaan tersebut. Jika tidak mendatangkan apapun selain pendapat pribadi dan kelompok, maka ia telah:
[1] Berkata atas Allah tanpa ilmu; terlebih ini dalam lafadz kitab-Nya, yang jika saja seorang bermain-main atasnya, maka ia terancam keluar dari keislaman.
[2] Bermain-main atas ayat Allah.
[3] Mengikuti hawa nafsu.
Mengikuti hawa nafsu, jika itu adalah syahwat, maka ada yang lebih buruk darinya, yaitu mengekori dan mempertahankan syubhat. Syubhat, jika dipelihara, bahkan dikembangkan dan merasa senang dengannya, maka ini adalah sebuah pengamalan klasik para Ahlu Zaigh, seperti yang Allah wartakan pada umat manusia di awal surat Ali-Imran. Dan Ahlu Zaigh adalah karakteristik Ahlu Bida', segolongan Jahmiyyah, Mu'tazilah dan lainnya.
Tepat sekali. Lihat pula bagaimana Jahm bin Shafwan [w. 128 H] mengingkari sifat-sifat Allah dan mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Maka ia telah menanam banyak sekali dosa dan penyakit di tubuh umat ini. Darimana ilham yang Jahm dapatkan dan dari siapa sehingga ia mampu menjadi pioner dalam masalah menafikan sifat-sifat Sang Pencipta langit dan bumi?
Bukankah itu karena ia telah mengamalkan 3 kelaziman yang terjabar di atas?:
[1] Berkata atas Allah tanpa ilmu
[2] Bermain-main atas ayat Allah, dan
[3] Mengikuti hawa nafsu
?
Orang-orang seperti Jahm adalah pioner dan pembuka pintu kesesatan. Berkat jasanya lah, para Ahlu Zaigh punya alasan. Dan dosa berlipat-lipat meski pemrakasanya telah wafat. Begitulah kiranya nasib para sesepuh dalam keburukan. Dan itu selalu terjadi sepanjang dunia berzaman.
Bukankah sekarang tercipta Liberalisme? Siapa penggagasnya? Siapa dari kaum muslimin yang menjadi pioner tergagasnya faham liberal di negeri kita? Sudah wafatkah ia? Jika sudah wafat namun warisan dosa berkusta terus tertawarkan turun menurun, maka teruslah berlipat dosa hingga tak habis kurun!
Siapa yang mengawali pembukaan hubungan negeri dengan Yahudi? Siapa yang paling gemar menghalang-halangi tatanan hidup syar'i tertancap di bumi negeri? Siapa kemudian yang mengikuti mereka dan terus tersiar tanpa kenal mati?
Ibnul Qayyim pun membuat sebuah kiasan bagus untuk orang-orang seperti mereka:
"In fact, ibarat suatu kaum di dalam benteng sedang berperang dan diserang dari luar. Kaum penghuni dalam benteng tak mungkin membuka pintu-pintu agar tak ada musuh merasuk. Lalu ada beberapa jama'ah dari dalam benteng membukakan pintu untuk musuh. Musuh pun merayap-rayap, merasuk dan menyerbu ke dalam." [Ash-Shawaaiq Al-Mursalah, 1/350]
Orang-orang seperti mereka ini, meskipun nama terharumkan oleh ludah-ludah dari lisan-lisan penipu, tetap saja mereka hina dan terhinakan di mata yang mengetahui dan mampu membedakan antara hitam dan putih, antara arak dan susu, jua antara makanan dan kotoran.
Orang-orang seperti mereka ini, seperti koreng di bokong. Pain in the ass. Menggaruk mereka menyenangkan. Namun ternyata itu lebih berbahaya; karena justru kulit akan lecet dan koreng bertambah. Dan itu menambah keburukan. Hingga jasad pun tak tenang. Keberadaan mereka itu mirip dengan koreng-koreng bercokol di sana. Melalui mereka lah, para koreng-koreng, kuman-kuman bisa masuk ke dalam darah. Dan melalui mereka lah, musuh berseragam Islam, musuh-musuh Islam menyusup dan merasuk.
27 Shafar 1434
No comments:
Post a Comment