Tuesday, January 1, 2013

Seringkali Kangen Masa Itu

oleh Hasan Al-Jaizy

Sering sekali saya pribadi rindu akan masa itu. Yaitu masa-masa di mana saya, sebagai seorang thuwailib pemula [dan masih hingga kini], belum mengenal istilah semacam 'Tahdzir', 'Hizbiyyah', dan seterusnya. Dahulu -mungkin karena memang pergaulan kami hanya di dalam pondok- kami tidak begitu mengenal kalimat semacam itu. Mungkin pernah dengar, namun sangat asing.

Malam ini, iseng-iseng membuka sebuah forum Islami yang insya Allah semuanya bermanhaj sahih dan berilmu. Berharap mendapat ilmu dan pemahaman baru di dalamnya yang bermanfaat dan bisa dimanfaatkan. Namun, yang rupanya membekas kini bukanlah atsar [bekas] dari ilmu, melainkan sakit di hati dan kesedihan kecil namun mendalam. Bukan bermaksud melukiskan seberapa putihnya hati sendiri; karena tidaklah penulis lebih baik dari pembaca tulisannya.

Beberapa thread dengan judul-judul menarik menarik saya untuk membukanya. Dan saya lihat sang syaikh hingga murid-muridnya [baca: pengikutnya] men-jarh [menikam] beberapa nama bertubi-tubi tanpa henti. 


Jika nama-nama tersebut adalah orang-orang yang selama ini saya ketahui adalah orang gila, orang sesat atau pemuja setan, maka saya ingin menggali lebih dalam. Namun nama-nama tersebut adalah nama-nama para masyaayikh yang beberapa tahun belakangan saya dengar ceramahnya lewat rekaman mp3 atau rm yang bisa didownload dari Internet. Atau videonya dari YouTube. Nama-nama tersebut bukanlah nama-nama guru saya secara resmi; namun tetap saja mereka adalah guru saya!

Tentu saja, tiada manusia pasti bercela. Dan tiada cela pasti ada pencelanya. Para masyaayikh yang dicela tersebut memang mempunyai kesalahan. Semoga masih dalam ranah ijtihad. Namun, pembantaian itu -meski hanya tulisan- dengan penyifatan yang menyakitkan mewariskan rasa sakit pula di murid kecil seperti saya.

Diperparah, thread itu ada di internet dan bisa diakses siapapun.
Diperparah, tiap-tiapnya satu manhaj dan seolah saling menodong pedang.

Lalu, thuwailib pemula nan kecil seperti saya disuguhkan oleh alam hal seperti ini. Mungkin jikalau saya seekor lalat, saya akan menjilat kalimat-kalimat mereka dengan lezatnya terasa. Namun, syukurlah Allah tak memberi rasa semacam itu di hati. Para masyaayikh yang ditikam namanya itu, menebar ilmu dan manfaat bagi manusia.

Sekarang, sungguh makin fahamlah saya, perasaan manusia jika gurunya -yang telah berbuat baik padanya- dicela oleh orang lain atau kelompok lain. Dan membaca penikaman itu, bertepatan dengan suara-suara petasan, kembang api dan terompet. Saya sempat berfikir tadi, bahwasanya:

"Penikaman, pembunuhan dan penajisan nama-nama ULAMA lebih menyedihkan bagi saya dibanding petasan, kembang api dan terompet JUHALA!"

...saya terkenang masa-masa itu...ketika bunga-bunga tampak dikerubuti lebah. Kini bunga-bunga dikerubuti lalat. Dan mencoreng warna indahnya.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/481574425217281

No comments:

Post a Comment