Oleh Hasan al-Jaizy
Ada seorang pakar Biologi bernama Thomas Lovejoy.
Bekerja di hutan Amazon selama 50 tahun. Dia berkata begini: "Saya melihat
banyak pemimpin baru yang muncul. Kita perlu membuat orang-orang muda itu
memikirkan masa depan mereka. Kita perlu menyadarkan mereka sehingga mereka
bisa membuat perubahan. Karena merekalah yang akan menjalani dengan
konsekuensinya.
Meanwhile, ada seorang pakar Syariah bernama Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin. Mengabdi sebagai guru ngaji selama 50 tahun, sejak
beliau berusia 25 tahun sampai 75. Beliau memikirkan para pemuda dan berkata
suatu ketika begini soal pekerjaan pemuda:
فهم يقحمون
النساء الآن بالوظائف الرجالية ويدعون الشباب، ليفسد الشباب وليفسد النساء.
"Mereka (Barat) berusaha merendahkan perempuan di
zaman ini dengan pekerjaan-pekerjaan ala laki-laki dan mereka menelantarkan
para pemuda laki-laki. Ini agar para pemuda dan para perempuan jadi rusak.
"
Kalau kita sadari sekarang, perempuan banyak bekerja.
Dan laki-laki banyak menganggur bahkan ada kepala keluarga masih muda tidak mau
atau malas cari penghasilan. Perempuan banyak dijadikan pajangan, dan
musibahnya, banyak dari mereka menyukai itu. Tiap hari menabung dosa besar,
dosa mata para lelaki.
Kalau kita sadari sekarang, banyak pemuda sekolahan
bisanya cuma naik motor, hanging out ga jelas dan omongannya kotor. Mereka
calon pemimpin masa depan dengan konsekuensi yang akan mereka jalani dan akan
menimpa masyarakat. Jika kita tidak peduli dengan mereka, lalu siapa lagi yang
akan memungut mereka kecuali penjajah Barat? Sekarang asing sudah lebih mudah
bergerilya di sektor pekerjaan dan ekonomi. Hasil bumi banyak dikeruk oleh
asing untuk membuat produk ala mereka dan reselling back ke tanah air dengan
harga di atas pembelian. Sepertinya kita terlalu polos. Melayu. Atau sudah
kadung menyerah?
Maka ayo kita rangkul sedikit demi sedikit anak-anak
muda. Mereka sebenarnya potensial dan pintar. Mereka butuh ayoman, bukan
pendiktean. Tapi kadang harapan berbenturan dengan egoisme dan sikap senioritas
orang tua, yang walau memang sudah alami asam garam kehidupan era lalu, namun
tetap harus belajar memahami bahwa arus globalisasi millenium tidak bisa 100%
disamakan dengan era TVRI masih diminati acara Dunia Dalam Berita. Kini Dunia
Dalam Derita. Acara Asep Show di TPI sudah bukan konsumsi rakyat lagi,
melainkan konsumsi rakyat adalah minimarket yang menjalar global sampai
pedesaan yang kerap menyakiti hati pedagang kecil.
Lalu apa lagi yang kita lakukan selain ayo perhatikan
anak-anak muda ini. Ayo. Bismillah!
https://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/981046168603435
No comments:
Post a Comment