Tuesday, January 31, 2012

Masuk Surga Karena Membuang Duri

oleh Hasan Al-Jaizy

Rasùlullàh shallallàhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di tengah jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allàh, aku akan menyingkirkan duri ini dari kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya.

’ Maka Allàh pun memasukkannya ke dalam syurga.”

Dalam riwayat lain, juga dari sahabat Abu Hurairah radhiallàhu ‘anhudari Nabi shallallàhu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda,

“Sungguh, aku telah melihat seorang laki-laki yang tengah menikmati kenikmatan di syurga disebabkan ia memotong duri yang berada di tengah jalan, yang duri itu mengganggu kaum muslimin.”





Perlu dimaknai lebih tentang kata 'DURI' di hadits tersebut.

Karena imaatathul adza adalah memungut duri [kemudian membuangnya], dan ADZA memiliki unsur makna 'menyakiti/mengganggu'.

Dari makna tersebut, kita bisa simpulkan bahwa menyingkirkan segala sesuatu yang menyakiti/mengganggu kaum muslimin dari jalan adalah bagian dari iman dan bisa menjadi salah satu SEBAB pelakunya MASUK SYURGA. Amalah kecil dengan ganjaran besar.





Salah satu kehebatan Nabi adalah 'jawaami'ul kalim', yaitu mampu menuai banyak makna tersirat dalam kalimat singkat yang tersurat. Sehingga dari ribuan hadits, bisa terhampar jutaan faedah. 

Kita perhatikan kembali teks hadits: الأذى yang zahirnya kebanyakan diterjemahkan sebagai 'duri'.

Indonesia: DURI. Duri bisa bermakna fisik, maupun maknawi terkias. Jika bermakna fisik, maka jelas itu adalah duri tajam yang memberikan bahaya relatif. Jika bermakna kias, maka bermacam-macam, bisa saja 'duri' ditafsirkan sebagai rintangan apapun bentuknya di jalan. Batu-batu, kerusakan jalan dan sebagainya, itu semua bisa dikiaskan sebagai duri di jalan; karena bisa menjadi penghalang dan relatif membahayakan. Juga ada makna duri yang non-fisik, seperti duri kehidupan, melayu-nya: onak. Duri ini bisa bermakna fitnah, dugaan, cobaan, prahara dsb.

Arabic: ADZA [الأذى ] juga bisa bermakna fisik, pun maknawi. Bahkan dasarnya di kamus, Adza bermakna 'bahaya ringan atau sesuatu yang merugikan/menyakitkan'. 

Untuk bermakna fisik: apapun yang merintangi dan membahayakan jalan, seperti duri, paku, beling, batu, kerusakan jalan dll. 

Untuk bermaknan non-fisik: fitnah, celaan, cercaan, hinaan dll. Seperti dalam hadits Nabi:

من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فلا يؤذي جاره

"Barangsiapa yang beriman pada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia MENYAKITI [YU'DZII] tetangganya"





Nah, berangkat dari tinjauan bahasa di atas, kita bisa fahami bahwa hadits tersebut tidak membatasi rintangan jalan pada 'duri' saja, tetapi pada apapun bentuknya rintangan yang membahayakan/menyakitkan bagi pengguna jalan.

Kemudian, kita bedah pula maksud dari kalimat hadits: "sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya"

Itu bisa difahami sebagai SYARAT dalam niat/tujuan penyingkiran duri.

Jika menyingkirkan duri tanpa ada niatan, maka ini tidak termasuk amal. Namun jika terniat agar pengguna jalan tak terganggu dengan duri tersebut, maka ini termasuk amal. Dan amal baik [ibadah] adalah bentuk keimanan. Karena iman tidak sebatas keyakinan, namun juga mencakup juluran lidah dan laku anggota tubuh.





Kemudian, ketika kita dapati bahwa imaathatul adza [memungut duri] adalah perbuatan yang kecil dan tingkat keimanan terbawah, kita simpulkan bahwa:

"Apapun bentuk amalan dan ukurannya, selama ia adalah ibadah, maka ia adalah bagian dari iman [syu'bah minal iimaan]"

Wallahu a'lam





That Was My School, btw

oleh Hasan Al-Jaizy

Kalau Anda pernah kunjungi Pesantren Al-Irsyad Tengaran, Anda kan menganggap letaknya sangat pas karena memiliki scenery alam yang sangat indah [di kaki gunung Merbabu] dengan udara segar dan air yang bersih.

Kalau Anda pernah nyantri di sana, Anda kan ucapakan 'Alhamdulillah' dan ada setidaknya setitik sesal mengapa dahulu kala nyantri tak bersungguh-sungguh; karena materi pelajarannya lebih baik dan lebih berat dari sebagian besar Jurusan religius di kampus-kampus.

Kalau Anda belum pernah nyantri di sana atau mengunjungi lokasi, gambaran itu masih 'blur'. That was my school, btw.

http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/320477711326954

Monday, January 30, 2012

Tentang Kitab Terjemahan

oleh Hasan Al-Jaizy

Selayaknya kitab-kitab turats Arabic [warisan] ulama TIDAK diterjemahkan ke bahasa non-Arab; demi menjaga kualitas makna, penyampaian sehingga mengukuhkan keagungan bahasa Arab dan juga untuk menyemangati manusia tuk mempelajari bahasa Arab hingga mampu menguasainya.

Namun, disebabkan MASLAHAT terjemahan lebih besar; seperti penyebaran total, pengenalan dan pemudahan faham bagi orang umum, maka diterjemahkanlah kitab-kitab.


Dari kenyataan ini, beberapa pihak harus berlapang dada.

Pihak pelajar yang terdidik hingga mampu kuasai Arabic harus memaklumi dan tidak meninggikan diri di atas manusia umum demi menghindari keangkuhan dalam berilmu. 

Justru para pelajar, jika sudah memiliki kualitas keilmuan Arabic dan kapabilitas mendidik, ia selayaknya memperkenalkan Arabic pada manusia dan mewujudkan penyebaran kandungan ajaran Islam murni yang terlukis bertubi-tubi di kitab-kitab ulama.


Namun, pihak yang [bahasa kasarnya] buta akan bahasa Arab, selayaknya juga mulai mempelajarinya, TERUTAMA untuk makna-makna ayat Al-Qur'an atau hadits. Lebih-lebih bagi yang masih muda usia, karena kesempatan waktu dan kemampuan raga masih mencukupi.

Mencukupkan pada bahasa pribumi adalah tidak cukup. Ingatlah faedah dari Ibnu Taimiyyah: 'Mempelajari Bahasa Arab adalah bagian dari agama [jika ia niatkan untuk memahami agama].'

Wallahu a'lam.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/319927211382004

Sunday, January 29, 2012

Secarik Risalah Untuk Bapak-bapak

oleh Hasan Al-Jaizy

Untuk bapak-bapak dan calon bapak-bapak:

الأب الذي أساء تربية أولاده ، وكان قدوة سيئة لهم ، واقتدوا به في سلوكياته في المنحرفة ، يتحمل وزر أولاده ، لأنه هو السبب في انحرافهم ، وعلى الأولاد أيضاً وزر أفعالهم كاملاً ، لا ينتقص منها شيء

"Bapak-bapak yang buruk dalam mendidik anaknya, adalah qudwah [panutan] buruk bagi mereka. Maka anak akan mengikuti akhlak buruknya, sehingga ia terbebani dosa anak-anaknya; karena dia [si bapak] adalah SEBAB penyimpangan akhlak anaknya. Dan anak pun juga terbebani dosa perbuatannya sendiri [setelah baligh] secara sempurna, TIDAK TERKURANGI SEDIKITPUN"

--Situs islamqa.com di bawah naungan Syaikh Muhammad Al-Munajjid

Ingat hadits ini:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ... وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah penggembala, dan setiap kalian BERTANGGUNG JAWAB atas gembalanya [didikannya]" Lalu tersebutkan: "Dan seorang lelaki menggembala keluarga rumahnya. Dia BERTANGGUNG JAWAB atas gembalanya [didikannya]." [H.R. Bukhari Muslim]

Terjemahan 'gembala' di atas tidak berkonotasi negatif



 Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimiin berkata:

الرجل راع في أهل بيته ، في زوجته ، في ابنه ، في بنته ، في أخته ، في عمته ، في خالته ، كل من في بيته ، هو راع في أهل بيته ، ومسؤول عن رعيته

"Lelaki menggembala/mendidik keluarga rumahnya: istrinya, anak laki2nya, anak perempuannya, saudarinya, bibinya, SEMUA yang ada di rumahnya adalah [amanat] untuknya mendidik mereka, dan ia bertanggung jawab atasnya."

-- Syarh Riyaadhus Saalihiin


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/319253001449425

MANUSIA TERKUAT-TERMULIA-TERKAYA

oleh Hasan Al-Jaizy

MANUSIA TERKUAT-TERMULIA-TERKAYA

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكُونَ أَقْوَى النَّاسِ فَلْيَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكُونَ أَكْرَمَ النَّاسِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ ، وَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكُونَ أَغْنَى النَّاسِ فَلْيَكْتَفِ بِرِزْقِ اللَّهِ
:
[1 Barangsiapa yang ingin menjadi orang terkuat, maka hendaklah ia bertawakkal pada Allah 
2] Barangsiapa yang ingin menjadi orang termulia, maka bertaqwalah pada Allah
3] Barangsiapa yang ingin menjadi orang terkaya, maka bercukuplah pada rizqi Allah [yang terberi]


Kenapa:

Kenapa terkuat? Karena tawakkal [menyndarkan perkara pada Allah] adalah lambang kekuatan hati dan iman. Semakin kita percaya pada Allah Ta'ala, semakin kuat iman kita. Dan orang terlemah adalah orang yang hanya menyandarkan perkara pada dirinya atau manusia lain selagi mengabaikan kekuasaan Allah.

Kenapa termulia? Karena termulianya manusia adalah yang paling bertaqwa. Dan Allah Ta'ala tidak melihat hamba dari bentuk rupa, namun dari hati dan amalan. Bukankah ketakwaan tercermin dari hati dan amalan?

Kenapa terkaya? Karena orang yang bersyukur pada Allah atas nikmatnya dan merasa telah dikaruniai besarnya anugerah, adalah orang yang sesungguhnya kaya. Bukan materi yang puaskan hati, tapi rasa syukur yang menjadikannya kaya.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/319028381471887

Contoh Kultur Tak Patut Dicontoh

oleh Hasan Al-Jaizy

Tahukah kamu kenapa English-nya berzina [bersetubuh] adalah MAKING LOVE? Kenapa diterjemahkan dalam Indonesia menjadi BERCINTA?

Karena alur fikiran sebagian manusia mirip binatang. Mereka mengira cinta berujung pada kenikmatan bersetubuh; karena itulah disebut 'bercinta'. Itu produk Barat, bukan?

Sementara produk Arab: bersetubuh disebut 'JIMA' yang memiliki unsur makna 'berkumpul' dan menyatu. 

Karena bahasa mencerminkan peradaban dan kultur. Kultur Barat dan Arab berbeda. You know that.


 Tahukah kamu?

Kalau malam Jum'at, setan-setan berusaha menipu manusia lewat pintu kuburan; terutama kuburan wali dan habib.

Kalau malam Ahad, setan-setan berusaha menipu manusia lewat gerbang cinta; silahkan tersinggung yang berpura-pura mencinta.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/318693501505375

Hasrat Menikah Tertahan

oleh Hasan Al-Jaizy

Hasrat menikah tertahan, tapi gambaran dan pelajaran seringkali terhampar di fikiran. Bahkan sedari kini sudah kurencanakan nama-nama untuk anakku. Nama-nama kitab ilmu yang semoga memberi arti kelak. 

Untuk siapapun dari muslimin dan muslimaat, jika masih Allah kesempatan berbakti pada orang tua selagi hayat mereka, maka berusahalah tegakkan panji bakti, jangan bakar ia dengan kesumat durhaka, agar kelak hidup-hidup kita tak sempit durjana.

Adalah 'Muhammad Shalih', nama yang seakan memberi jasa ilmiah dan kenangan. Muhammad Shalih Al-Munajjid dan Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimiin.

Adalah 'Kifaayatul Akhyaar', nama yang secara konteks memberi makna dalam. Itu nama seuah kitab Fiqh madzhab Asy-Syafi'iyyah. Saya temukan buku milik IBU saya...buku kuno, yang dipelajari ibu saya ketika tahun 1983. 

Semoga asa-asa kita semua tersirat dalam lembaran nyata dan ternyata dalam surat taqdir.

Kelak mungkin tulisan tangan ibu-bapakmu kala hayat mereka mewariskan rasa mengenang yang terdalam.

http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/317799888261403

Saturday, January 28, 2012

Semakin Sulit, Semakin Besar

oleh Hasan Al-Jaizy

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berkata:

كلما اشتدت المشقة عظُم الأجر، لكن المشقة لا تُتَقصّد، فالأجر لا يكتب على مشقة متعمدة منك، لكن إذا حصلت المشقة حصلت المضاعفة في الأجر

"Setiap kali masyaqqah [kesulitan] itu mengeras, maka pahalanya [kian] membesar. Namun itu berlaku bagi masyaqqah [kesulitan] yang tidak dibuat-buat. Pahala tak tertulis atas kesulitan yang disengaja olehmu; namun jika kesulitan [asli] terjadi maka pelipatgandaan pahala pun juga terjadi"


Contoh kesulitan alami yang tidak dibuat-buat:

Ketika Anda ingin pergi ke majelis Ta'lim atau semacamnya, namun qadarullah Anda terjatuh di depan pintu dan kaki tergelincir hingga bengkaklah ia dan terhasil jalan yang pincang. Maka kesulitan Anda berjalan menuju majelis dihitung oleh Allah sebagai kelipatan pahala selagi Anda menahan dan bersabar. Karena kesulitan tersebut lahir tanpa sebab yang disengaja.


Contoh kesulitan yang dibuat-buat atau disengaja:

Ketika Anda ingin pergi ke majelis Ta'lim atau semacamnya, memiliki motor namun Anda memilih jalan kaki, padahal jarak yang ditempuh lebih dari 10 kilo. Alhasil, sesampai jarak 2 kilo Anda sudah letih dan hampir tak mampu meneruskan. Maka kesulitan, keringat dan pahitnya perjalanan itu disebabkan oleh Anda sendiri, sehingga tak mendapat lipatan pahala darinya. Selain itu, Allah sudah memberi kemudahan wasilah kendaraan motor yang siap dipakai, namun Anda memilih jalan tersulit di depan sajian wasilah termudah.

Wallahu a'lam. Jika ada kesalahan, silahkan dikoreksi [bagi yang berkenan].


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/318743188167073

Friday, January 27, 2012

Dua Miim

oleh Hasan Al-Jaizy

Ikhwah yang sering-sering mengangkat masalah fitan, niza' [perselisihan] antar ustadz dalam manhaj, terlihat begitu pintar dan banyak maklumat tentang berbagai hal. Tahu aib-aib para asaatidzah, lisan bagai belati berlumut darah, ilmu agama seakan hanya untuk serapah dan tertawa di atas aib asaatidzah tanpa jengah.

Mereka lebih buruk dari keawaman orang awam yang diberi udzur. Ketidakhadiran mereka patut disyukuri, kehadiran mereka sungguh menyakiti hati.


DUA MIIM

Ya, seakan mereka banyak maklumat. Tahukah kamu bahwa 2 MIM yang tak sesungguhnya belajar?
2 mim itu adalah: Mustahyi [orang yang malu menuntut ilmu] dan Mustakbir [orang yang sombong akan ilmunya].

Sekarang lebih banyak mustakbir daripada mustahyi. Dan ilmu orang yang sombong, tak memberi guna baginya, malah justru akan menjadi HUJJAH ATASnya, di dunia, terlebih di akhirat...jika tak bertaubat.

Allahul musta'an. Bukan mereka saja yang perlu hidayah....kita pun sama, memerlukannya. Jika kita masih 'memerlukan' sesuatu, kenapa perlu mengangkat diri dan sombong?


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/318029288238463

Kenikmatan Terbesar Untuk Umat Islam dan Tiap Manusia

oleh Hasan Al-Jaizy

Kenikmatan Terbesar Untuk Umat Islam dan Tiap Manusia

Apa itu?


Untuk Umat Islam 

Kenikmatan terbesarnya adalah penyempurnaan agama [Islam]

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

"Hari ini Ku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Ku sempurnakan atas kalian nikmat [dari]Ku dan KU ridha bagi kalian Islam sebagai agama" [Q.S. Al-Maidah]

Kesempurnaan agama adalah kesempurnaan nikmat, sehingga WAJIB bagi setiap muslim berusaha menjalani agama yang sempurna ini semaksimal kemampuan, maka Allah meridhai.


Untuk Tiap Manusia

Kenikmatan terbesarnya adalah kesempurnaan terciptanya akal baginya, meski akal bukan segala-galanya sebagai sandaran. Namun dengan akal, orang berfikir, belajar hingga sebagian beriman sebagian kufur.

Yang beriman adalah yang bersyukur dengan akalnya; karena ia berfikir. Yang beramal adalah yang bersyukur dengan keimanannya; karena iman tidak sekedar percaya di hati. Mungkinkah orang gila yang hilang akal memiliki keimanan sebenar?


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/317982131576512

Yang kufur adalah yang kufur dengan akalnya; karena ia tak berfikir, jikalau berfikir, ia menampik-mengingkari haq.

Sebuah Amal Yang Rupanya Jihad

oleh Hasan Al-Jaizy

Ingatlah sebuah jenis Jihad yang banyak tak diketahui bentuknya:

"Barangsiapa yang keluar dalam rangka mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah [Sabilillah] hingga pulangnya ia." [H.R. Tirmidzy]


Sedikit tambahan:

--> Ilmu yang dimaksud adalah ILMU SYAR'I [ilmu agama], seperti Tajwid, Al-Qur'an, Hadits, Fiqh, dll atau ilmu yang mendasari/menopang ilmu agama, seperti Bahasa Arab.

--> Hadits di atas menunjukkan bahwa ilmu DICARI, jadi tidak ada hujjah bagi seseorang untuk diam enggan melakukan sesuatu sambil menunggu datangnya ilmu.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/317688674939191

Jangan Marah!

oleh Hasan Al-Jaizy


Seseorang berkata pada Nabi: "Ya Rasulullah, berikan wasiat kepadaku!"
Beliau menjawab: "Jangan [suka] marah!"
Selanjutnya orang itu menyatakan, "Ketika Nabi menyabdakan demikian, aku pikir matang-matang apa yang beliau katakan, dan ternyata aku sadar bahwa memang amarah itu menghimpun segala bentuk keburukan." [H.R. Ahmad]

Abu Darda berkata: Aku pernah mengatakan pada Rasulullah: "Ya Rasulullah, mohon tunjukkan padaku suatu amalan yangakan menyebabkanku masuk surga!" 
Beliau menjawab, "Jangan [suka] marah, maka bagimu surga!"[H.R. Thabrany]


Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan maksud dari sabda Rasul 'Laa Taghdhab' [Jangan Suka Marah]:

"Jauhilah sebab-sebab yang menimbulkan amarah dan jangan melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan amarah


Ibnu Baththal mengatakan:

"Kita bisa menarik kesimpulan bahwa berjuang melawan hawa nafsu itu lebih dahsyat daripada berjuang melawan musuh. Sebab, Nabi mengkategorikan orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah sebagai manusia yang paling kuat."


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/317672601607465

Thursday, January 26, 2012

Komentarmu Justru Lebih Mencerminkan Dirimu

oleh Hasan Al-Jaizy

Ada tulisan berjudul "Kepribadian Manusia dari Status Facebook" yang mungkin pernah Anda baca beberapa puluh tahun lalu.

Sebenarnya ada tulisan yang lebih tepat jika berjudul "Kepribadian Manusia dari Untuk Apa dan Bagaimana Ia Gunakan Internet", hanya saja tulisan berjudul di atas belum ada. Mungkin 10 tahun mendatang baru ada yang mengarangnya.


Karena status FB TAK MENJAMIN kepribadian manusia. Ada yang selalu update masalah agama, tapi sekedar update. Ada yang puitis, tapi nyontek/sekedar terjemah lirik lagu. 

Tapi, kepribadian manusia dilihat dari tujuan ia gunakan Internet dan juga bagaimana ia menggunakannya!


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/317364791638246

Nek Mati Yo Kubur Dhewe

oleh Hasan Al-Jaizy

[1] Selepas shalat jama'ah, ada yang ngajak salam, dia membalas jabat dengan ekspresi berat seakan kurang terima. Alasan: tidak ada tuntunannya dari Nabi salam setelah shalat jama'ah.
[2] Ingin selalu beda dari mayoritas dalam masalah khilafiyyah. Tarawih 8 pasti keluar...qunut Subuh tidak akan pernah angkat tangan apalagi mengamini...ada yang parah, enggan shalat di masjid karena imamnya dianggap
 pelaku bid'ah [yang non-mukaffirah]
[3] Minim pergaulan nihil senyum. Alasan: Nabi melarang berduduk ria bersama orang yang buruk-bodoh; sehingga tidak perlu bergaul dengan mereka dan cukupkan bergaul dekat dengan yang dianggap 'Ahlus-Sunnah'.
[4] Sekali tahdzir pure tahdzir tanpa ada doa/harapan dalam hati agar pihak yang ia tahdzir diberi petunjuk/hidayah. Well, ini BUKAN dinamakan nasihat tulus.





 Ilmu boleh tinggi, tapi mu'amalah dan tali persaudaraan juga dijaga.

Kalo kata mereka, 'Nek mati yo kubur dhewe'

Orang semacam ini, jika mati: kubur sendiri.





http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316719525036106

AWAM

oleh Hasan Al-Jaizy

Masyarakat umum senang dengan tema Tazkiyyatun Nufuus [penyucian jiwa], dzikrul maut [ingat mati], Fiqh Ibadah yang simple dan materi-materi akhlaqul kariimah. Ini tidak bisa disalahkan begitu saja.

Jangan karena Anda telah mengenyam pendidikan tinggi, melahap kitab-kitab kuning berisikan hutan ilmu yang rumit, bisa bahasa Arab, lantas Anda kritisi masyarakat awam dengan kalimat:

'Inilah dia Indonesia. Ga ilmiah. Ga mau tahu dalil; cuma bisa ikut-ikutan mayoritas. Andai mereka mau melakukan sesuatu semuanya dengan dalil dan TAHU dalilnya, tentu ga ada bid'ah dan semacamnya.'

Saya pribadi justru melihatnya sebagai simbol kesombongan yang jelas.


Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily dalam kajian Syarh Kitab Iman fi As-Sahiih Al-Bukhary menjelaskan, yang maknanya:

'Sungguh kesalahan sebagian dai adalah ketika mereka menuntut semuanya seragam dalam segala perkara agama. Yakni, semua manusia dianggap harus faham dan hafal dalil-dalil. Semua manusia harus bisa ceramah/khutbah. Semua manusia harus faham dan hafal ini itu. Ini adalah kesalahan. Karena ada hal-hal yang fardh ainy dalam ilmu agama, ada pula yang fardh kifa'iy."


 Dan juga...

bukan hanya Indonesia yang seperti itu. Jika tidak rela Indonesia memiliki karakteristik alami yang menonjol, maka cobalah pindah ke Timur Tengah. Azamkan tinggal di sana. Kami di Indonesia tinggal menunggu calling Anda mengumandangkan rasa rindu pada masyarakat Indonesia.

Tapi, ada pula yang aneh. Thalib yang diberi fadhilah belajar di suatu negara Timur Tngah, pulang2 ia malah membawa atmosfir dakwah negara Timteng tsb yang tidak cocok dikondisikan di Indo. Akhirnya menjadi extrim terasa MESKIPUN ia benar.

Tiap gundukan kerikil dan tanah memiliki bentuk yang tak persis sama, saudara.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316501605057898

Wednesday, January 25, 2012

Sebelum Menoleh...

oleh Hasan Al-Jaizy

Sebelum kita menoleh pada selain diri kita...
Sebelum kita katakan 'mereka', bukan 'kita'...
Sebelum kita koreksi selain kita...
Sebelum kita ditutup kesempatan bercermin...

maka wajiblah bagi kita melihat diri kita terlebih dahulu, apakah telah terlepas dari hal2 di atas. Jangan sampai kita membajak pandangan menuju orang lain, sementara kita sendiri melupakan aib pribadi yang besar.

Bagaimana shalat kita, sedekah kita, lisan kita, tulisan kita, dan keyakinan kita pada Hari Akhir???....silahkan masing-masing mengukir kalimat tanya di atas di alam fikir tiap saat.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316481021726623

CALON-CALON PENGHUNI NERAKA SAQOR

oleh Hasan Al-Jaizy

CALON-CALON PENGHUNI NERAKA SAQOR:

--> Yang tidak sholat [tak menyembah Sang Khaliq]
--> Yang enggan menginfakkan hartanya bagi orang miskin [tak berbuat baik terhadap makhluk]
--> Yang berbicara apa yang tidak diketahui [berdusta; terutama dalam agama]
--> Yang mendustakan keberadaan Hari Akhir hingga datang maut baginya


Q.S. AL-MUDDATSTSIR:

42: "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" 

43: "Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,"

44: "dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin,"

45: "dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya," 

46: "dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,"

47: "hingga datang kepada kami kematian."


Apa itu neraka SAQOR????:

Yaitu neraka yang apinya memakan daging-daging dan kulit-kulit [penghuninya]. Apa yang dilemparkan ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasa kemudian dikembalikannya sebagai semula untuk diazab kembali. Para penghuninya tidak mati tidak pula hidup di dalamnya. [Disesuaikan dari Tafsir Ibnu Katsir]


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316481021726623

Seakan-akan Nikah Adalah Segalanya

oleh Hasan Al-Jaizy

Duh, seakan-akan nikah adalah segalanya; dan jika sudah menikah, maka ia sudah menunaikan separuh agamanya. Tapi, untuk kehidupan tiap satu manusia tak seperti kita mampu kiaskan kehidupan satu burung dengan lainnya yang sama alurnya: pagi pergi lapar sore pulang kenyang.

Separuh agama itu, tegakkah bila ternyata mengabaikan 'jihad' yang lebih wajib [karena kondisi]? Sedangkan Allah bentangkan kisah-kisah berbeda pada tiap manusia. Bahkan satu manusia mempunyai tangan kanan yang tak sama 100% dengan kirinya.


Ketika seorang anjurkan saudaranya tuk menikah, maka itu bentuk keimanan dan berpahala insya Allah; karena ia mencintai saudaranya sebagaimana ia cintai apa bagi dirinya. Tapi jika tak sekedar menganjurkan, melainkan hingga sindir-menyindir atau hingga menertawai, just think:

Bagaimana mungkin orang yang ikhlas mengamalkan sunnah Nabi justru merendahkan apalagi sampai tertawai orang yang diberi udzur oleh Allah tak terkodrat tunaikan sunnah, karena ada kewajiban yang harus ia tunaikan???? How come!?


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316413791733346

Tuesday, January 24, 2012

Ikhlaslah!

oleh Hasan Al-Jaizy

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam seraya berkata: "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang demi mencari upah dan sebutan, apa yang ia peroleh?"
Nabi menjawab, "Ia tak mendapat apa-apa."
Orang itu mengulangnya 3 kali dan selalu Nabi menjawab, "Ia tak mendapat apa-apa."

Kemudian Nabi bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima perbuatan kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan [dengan amal perbuatan itu] keridhaan-Nya." [H.R. Nasa'i dengan sanad baik]

"Sesungguhnya Allah tidak mencintai amal perbuatan yang bersekutu dan hati yang mendua.
Amal perbuatan yang bersekutu, Dia tidak menerimanya sedangkan hati yang mendua Dia tidak menyambutnya."

--Ibnu Atha

Salah Satu Sensasi Muda

oleh Hasan Al-Jaizy

Rata-rata anak muda yang baru tahu atau baru bisa melakukan sesuatu, ia akan mengumandangkan pengetahuan atau kebisaan barunya depan khalayak, secara langsung atau tidak langsung. Jika jumhur tak tertemu, bolehlah ia usaha sebarkannya ke individu tertentu.

Wajar-tak-wajar, hal ini wajarnya termaklumi; mengingat karakter muda condong sukai dirinya menonjol, meski sedikit.


Karena itu:

Tak wajib bagi siapapun celupkan fikirnya dalam danau keheranan ketika seorang anak muda baru kenal majlis, kenal kitab, kenal dakwah, kenal organisasi dan lainnya, langsung meninju mengepal tangannya ke langit dan melantangkan suara hingga makhluk-makhluk bumi, renta ataupun muda, menoleh padanya.

Atau yang baru mampu bicara depan umum, ceramah, menulis sesuatu, dan lainnya, langsung menebar pesona dan mengangkat kepala yang jidatnya tertulis 'Look, I've done this!' hingga manusia mencoba melirik kemudian mengobok-obok fakta lapangan sambil penasaran bergumam, 'Dia abis ngapain sich?'

Semua itu ada hikmahnya insya Allah....bagi yang berfikir


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/316129455095113