Friday, November 30, 2012

Merebut Lahan Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Ini adalah sebuah risalah dari si miskin untuk siapapun yang juga miskin.

Dulu, dakwah ini tidak terlihat gemilang cahayanya nan megah seperti sekarang. Era 90-an, ketika itu ustadz-ustadz yang kau panuti sekarang, adalah dai-dai 'lugu' dan sederhana. Ikhlasnya mereka berjuang demi ilmu dan amal begitu tebal. Era 90, ketika belum banyak yang membuka mata mengenai Sepilis. Era 90, ketika mungkin Anda [seperti saya] masih ingusan, atau Anda belum kenal apa-apa tentang Muhammad bin Abdul Wahhab.

Gloria millenium. Tahun 2000 datang. Gerakan Sepilis semakin menjadi-jadi. Dan setelah tahun itulah puncak-puncak serangat mereka terhadap syariah. Adapun kaum hijau, tak bersatu lagi semenjak partai di Indonesia tidak 3 lagi. Akhirnya bermunculan lah sempalan-sempalan Islami di negeri ini. Namun, dakwah yang kini disebut 'nyawah' perlahan demi perlahan makin exist. Ustadz-ustadz yang kau kagumi sekarang, baik itu kini menjadi bintang idola podium atau penyenang hatimu melalui siaran radio, ketika itu sebagian mereka masih dalam tahap belajar. Jikalau ada dari mereka yang sudah memiliki majelis, itu hanya beberapa.

Dan dimulai sekira 2005, dunia Internet melesat. Semakin kemari, semakin

Memupuk Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Jika sedang 'sayang' sama teman dekat, saya akan mengajaknya ngobrol ringan. Pertanyaan yang saya keluarkan berkisar sesuatu yang teman harapkan. Karena mendengar atau membaca harapan teman itu -selama itu positif- menambah erat ikatan batin. Jika yang dihadapi adalah pekerja atau pedagang, obrolan santai berkenaan apa rencana ke depan dan harapannya. Bagaimana pendapatan atau kondisi kerjaannya sekarang. Jika yang dihadapi seorang muda yang beristri, bisa ditanya berharap dapat anak laki atau perempuan. Kenapa dan apa harapannya.

Kalau yang dihadapi bujangan tulen, pertanyaan klasik, 'Kapan ente nikah?' yang tentu saja bukan bermaksud mengejek. Wongs saya juga belums koks.

Seperti beberapa menit tadi pagi di kelas. Saya sempatkan duduk di samping teman saya dari Lamongan, Jawa Timur. Tahun 2008 saya pernah kunjungi kampungnya. Sebenarnya cukup lama tidak bercengkrama dengan anak satu ini.

Detik itu, ia sedang menatap kertas ringkasan pelajaran Tarbiyah. Tatapannya kosong. Saya

Thursday, November 29, 2012

Menjambani Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Tak satu kejadian saja, namun berkali-kali terjadi. Ketika manusia berada di ketinggian, ia lupa daratan. Akhirnya ia terjatuh. Manusia kaya harta berpotensi lupa kemiskinan. Begitu pula manusia kaya ilmu, berpotensi lupa kebodohan. Bahkan, manusia yang cantik rupa pun, berpotensi melupakan Mpok Nori.

Tadi, dalam perjalanan pulang kuliah, dari dalam bis Kopaja T57, saya memandang sesuatu. Sesuatu yang kemudian menjadi sesuatu untuk direnungkan. Akhirnya, sesuatu itu menjadi sesuatu malam ini. Yaitu ketika duduk di jendela bis, saya memperhatikan satu gerobak sampah. Penuh dengan sampah dan kotoran. Ia terhenti di pertigaan lampu merah Duren Tiga. Rupanya hendak menyeberang ke seberang namun terhalang merahnya lampu. Di depan gerobak dan penariknya, berjejer motor-motor. Seperti biasa, motor-motor itu berjejer di depan batas perhentian lampu merah.

Gerobak tertancap di sana. Tidak bisa melaju lagi. Dan, 'Tiiin...tiiin' Suara klakson mobil. Di belakangnya ada mobil hitam. 'Tiiin...tiiin'. Oh, rupanya, gerobak itu menghalangi jalan mobil yang ingin belok ke kiri. Tapi, mau apa lagi? Gerobak tak bisa kemana-mana. Mau maju pun sudah terhalangi motor-motor. Tapi, supir mobil itu tetap tak sabaran. Terus saja ia membunyikan klakson. Hmmm...mobilnya mewah. Tapi, sepertinya pengemudinya tidak

Menggali Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Lumayan mnyesal kenapa dahulu di Salatiga dan Pontianak tidak menulis diary, buku harian atau minimal buku semesteran untuk merunut kejadian-kejadian. Lalu diberi judul Kitab Kejadian. Nah, sekarang saat ingin mengenang, rupanya banyak cerita yang membangkai tak hidup lagi. Padahal banyak cerita yang layak diceritakan. Dan banyak pelajaran bisa digali pula. Tapi mau apa lagi?

Salah satu cara agar bisa menulis dengan baik atau terbiasa menulis adalah dengan menulis buku diary. Kalau hari gini, Anda bisa menggantinya dengan menulis status atau tulisan di blog. Dulu, mayoritas penulis diary adalah perempuan. Dampaknya, mereka lebih pintar dalam melukiskan cerita dan peristiwa dengan tinta dibandingkan pria. Kalau kata beberapa pria, 'Cuih, buat apa sih nulis diary? Ga ada manfaatnya!?'

Mereka berkata seperti itu seolah-olah mereka sudah menggunakan seluruh waktu untuk meraih manfaat. Memangnya menonton TV program hiburan lebih bermanfaat?! Soal manfaat, menulis apapun selama dalam proses pelatihan akan memberi manfaat pada pelaku. Dan komentar manusia tidak selalu bermanfaat. Jadi, untuk perkara ini, lebih baik Anda menjadi pelaku

Wednesday, November 28, 2012

Tentang Kerinduan


oleh Hasan Al-Jaizy

Tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama teman-teman SD dulu, itu sangat mungkin. Karena mereka adalah anak-anak kelahiran sekota. Sebagian anak gedongan. Mudah dicari.

Tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama teman-teman pondok dulu [SMP-SMA], itu masih mungkin namun cukup sulit. Mereka tinggal di kota lain, provinsi lain, bahkan beragam pulau. Ada yang kini berdomisili di perkotaan. Ada pula yang kembali ke desa.

Namun, tentang kesempatan bersua dan berkumpul kembali bersama rekan-rekan guru di Pondok Hidayatul Muslimin Parit Sembin Kalimantan Barat, belum terbayang mungkinnya. Sebagian mereka sudah berpencar tak berkabar kemana.

Terlebih tentang kesempatan bersua dan berkumpul bersama anak-anak kami,

Tuesday, November 27, 2012

Doa Para Pelacur

oleh Hasan Al-Jaizy

Ketika bertemumu dengan mereka, laksana bendera ilmu di tengah padang kebodohan mereka berada. Yang mereka katakan adalah apa yang mereka dapatkan. Yang mereka dapatkan apalah apa yang disuapi oleh tentara-tentara setan berasal dari barat. Seketika orang-orang bodoh akan tersihir oleh retorika. Seketika orang-orang bodoh mengira lisan mereka berkilau basah, bagai oase di tengah padang buta.

Memelintir ayat-ayat suci demi membangun ayat-ayat konstitusi dan kontruksi? Itu adalah sebuah destruksi. Iblis tetap menebar instruksi satanik pada anak cucunya dan para pengikutnya, "Jangan pernah berhenti selewengkan kebenaran dan lencengkan kelurusan. Selamanya! Hingga akhir zaman kita berkarya!"

Ketika itu banyak sekali diadakan upacara batin di antara para penggagas ide kebebasan. Bertemu fisik di Utan Kayu. Namun setelah bertolak ke luar, batin mereka tetap

HIDUPMU INSPIRASIMU : [15] "Yang Takkan Berubah Adalah Adanya Perubahan"


oleh Hasan Al-Jaizy

Seorang pria sedang menonton televisi bersama beberapa temannya di rumah sewaan. Rupanya mereka sedang menyantap sebuah program yang disukai bersama. Lalu tibalah masa iklan terlampir. Jeda acara sementara. Ia mengambil remote TV. Hendak mengganti channel. Siapa tahu ada yang menarik. Dan inilah yang bisa kau gali dari manusia modern. Ketika kegiatan mereka terjeda, pasti mereka akan mencari sesuatu lain sebagai pengisi senggang. Kelihatannya bagus. Namun, bagaimana jika pengisi jeda itu berdampak negatif? Negatif, entah dari segi kandungan sesuatu, atau dari mereka sendiri. Seperti menonton program informatif religius, lalu ketika jedanya menonton program anti-religius. Atau banyak-banyak menyelang-nyeling akhirnya tidak satupun faedah terdapat. Manusia modern, banyak jelajahannya, sedikit mengambil ibrahnya.

Sedang asyik merunut channel2 satu persatu, ia memakukan layar pada satu channel. Rupanya program religius. Tampak ada pembawa acara dan pembicara. Oh, rupanya pembicara itu seorang ustadz. Terlihat ngustadz karena memakai peci dan baju taqwa. Lalu pria itu nyengir sendiri. Nyengir mengejek.

"Ada apa, bos?" tanya temannya.

"Kamu tahu ustadz itu? Dia adalah teman sekelas saya. Apa pula yang ia lakukan di sana? Dulu kami berteman. Yang aku kenal, dia dulu bengal, suka begadang dan senang bermaksiat di

Adzab Kubur dan Fitnah Kubur, Adakah Bedanya?

Adzab Kubur dan Fitnah Kubur, Adakah Bedanya?

Syaikh ABdul Aziz Ar-Rajihy ditanya seperti itu di sebuah kajian Syarh Kitab As-Sunnah karya Imam Al-Barbahary. Ini jawaban beliau [dengan pengalihan bahasa dan sedikit tambahan dari pemilik status ini]:

"Ya, ada bedanya. 

Adzab Kubur --> Diazabnya manusia, dipukulnya di kubur dan dibukakan baginya pintu neraka.

Fitnah Kubur --> Diuji/Ditanyakannya manusia mengenai siapakah Rabbnya, agamanya dan nabinya.

Adzab adalah siksaan
Fitnah adalah ujian
Di dunia, adzab bisa berupa ujian
Di kubur, adzab bukan lagi ujian, melainkan 'natijah' [nilai/hasil] dari ujian"

Wallahu a'lam

Cita-cita Terlupa


oleh Hasan Al-Jaizy

"Susan...Susan...Susan...kalau gede, mau jadi apa?"

"Aku kepingin pintel, bial jadi doktel."

"Hasan...Hasan...Hasan...kalau gede, mau jadi apa?"

"Aku kepingin pintel, bial jadi intel."

Cita-cita di masa kecil. Ketika kamu menyaksikan beberapa anak perempuan bermain dokter-dokteran atau masak-masakan, tanyakan pada mereka tiba-tiba? "Kamu kalau sudah besar, mau jadi apa?"

Yaitu cita-cita masa kecilmu dahulu. Cita-cita yang terlupa. Dulu, ketika senangnya mendapat tas setelah lomba tahfidz, pernah ku bercita menjadi seorang hafidz kelak. Dan seolah zaman telah mengubur mimpi di pemakaman sepi. Ketika ada hasrat menggali kembali kuburan itu, saya mendapat masalah baru. Apakah itu? Tidak tahu dimana letak ia terkubur!

Monday, November 26, 2012

Membuang "Hajat" Di Depan Umum

oleh Hasan Al-Jaizy

Semua orang bisa saja mengaku-ngaku. Semua orang bisa saja mengklaim diri sebagai....Semua golongan bisa saja mensifati golongannya sebagai...

Sebuah komunitas bisa saja mengklaim adanya kerinduan mereka akan syariah dan khilafah. Dan siapakah dari engkau tiada rindu akan syariah dan khilafah!? Tapi, mungkin lawakan dunia ini tidak mesti tersurat sebagai lawak; namun cukuplah orang-orang tertentu mengerti bahwa itu adalah lawak. Seperti Pak De Su'aid mengklaim kerinduannya akan negeri yang bermadzhab murni Syafi'i, namun rupanya sebatas 'ngemeng'. Karena di keseharian yang dibicarakan hanya sawah, sawah, dan sawah.

Ironi bercerita padaku tentang ironi. Yaitu ketika para perindu syariah sehari-hari hanya bicara tentang perpecahan, fitnah, nafas fanatisme kelompok, dan lainnya. Lalu kemana gerangan

Senin Pagi


oleh Hasan Al-Jaizy

Menggabungkan ngampus dan ngegawe adalah hal yang tidak mudah. Tugas kampus dan amanat gawe. Atau dalam makna lain: mencari ilmu sembari mencari duit.

Teman-teman yang hidup di rumah kos berfikir, 'Apa yang musti dikeluhin, Tong? Bukannya loe tinggal bareng keluarge? Ga perlu bayar kos dan biaya makan, kan?'

Ah, begitulah fikiran mereka. Tidak berfikir bahwa orang yang hidup di rumah bersama keluarga juga harus ikut memikirkan problematika dalam keluarga. Kalau mahasiswa perantau, meskipun jauh dari kampung halaman, rata-rata uang dikirim pula dari ortu. Mau pinjam uang, banyak teman siap memaklumi dan membantu. Dan tidak perlu mikirin rumah di kampung.

Kudu-kudu sabar kuliah di atas 4 tahun. Kalau mahasiswa umumnya, usia belajar 3 tahun di kampus sudah membuat hati gatal-gatal ingin cepat lulus lalu kerja dan beranak. Duh, gimana jadinya kalau mereka kuliah hingga 5 tahun atau 7? Seberapa besar hati untuk bersabar!?

Senin Pagi, Senin berkah insya Allah. Mencari ilmu di paginya, mencari uang setelah paginya.


You Know Your Heart


oleh Hasan Al-Jaizy

Kadang...kadang...kadang iri hati [kedengkian] dalam diri seseorang di situs ini mencegah ia untuk menerima sesuatu yang benar atau bagus atau bermanfaat. Sehingga ketika ada tulisan, catatan dalam foto atau apapun yang baik, hatinya berbisik, 'Alah, lagak aja loe! Munafik!' Sehingga ketika kebenaran ada pada orang yang didengki, ia murka sendiri. Namun ketika kebenaran yang sama ditabur oleh orang lain, ia tidak mempermasalahkannya di hati.

Lalu ketika orang yang didengki terpeleset, tergelincir dan berlaku salah, si pendengki merasa mendapat kesempatan besar untuk menjegal atau menambah keterpelesetan.

Yang kemudian disadari bahwa ia takkan muncul berkomentar kecuali jika ada kesempatan menjatuhkan.

Ketahuilah pula bahwa seseorang yang didengki bisa saja mengerti siapa-siapa yang mendengki. Dengki itu memang penyakit hati. Benar. Namun, lisan, ucapan dan perbuatan bisa sangat mencerminkan.

You know your heart

"AABAA' = BAPAK-BAPAK"


oleh Hasan Al-Jaizy

Al-Aabaa' [الآْبَاءُ ] adalah bentuk jamak dari kata 'Al-Ab', yang berarti 'bapak'. Dalam bahasa Arab, penggunaan Al-Aabaa' mencakup kakek dan seterusnya. Dalam bahasa kita, dikenal dengan sebutan 'moyang'.

Al-Aabaa' bisa diartikan sebagai 'moyang'. Dan moyang maknanya adalah ayah, ibu, kakek, nenek dan seterusnya. Atau bisa juga dimaknai sebagai leluhur. Dalam banyak kepercayaan konservatif di negeri ini, leluhur dipercaya masih memiliki kehidupan di alam dunia, namun tidak terlihat oleh mata telanjang. Konon hanya mata batin dan orang-orang berhati luhur yang bisa melihat eksistensi leluhur. Kepercayaan semacam ini memberikan efek pada pembentukan adat dan tradisi. Sehingga dikenal kemudian hingga kini ritual-ritual 40 harian, haulan dan semacamnya. Diyakini bahwa arwah leluhur bergentayangan pada hari-hari itu. Mungkin di perkotaan, kepercayaan semacam ini semakin terkikis. Namun ritualnya masih jamak diselenggarakan. Hanya ada perbedaan tujuan. Kalau di zaman dahulu, mungkin bisa dikatakan benar orang-orang mengadakan ritual 40 harian dan lainnya untuk mendoakan mayyit leluhur. Namun hari ini tujuannya bergeser, yaitu: makanan atau amplop.

Dalam dunia Arab, 'Al-Aabaa' juga bisa mencakup 'paman'. Hanya pemutlakan makna terhadap bapak dan moyang lebih kuat dan asasi. Sebabnya pencakupan terhadap paman adalah karena paman itu laksana bapak bagi keponakannya. Dan di sini, terdapat nafas majas.

Pencitraan Ular


oleh Hasan Al-Jaizy

Jakarta di musim hujan. Musim hujan di Jakarta. Jakarta sedang hujan bermusim. Kali-kali kopi susu sedang naik pitam rupanya. Dengan emosi beberapa kali menyerang rumah-rumah di bantaran. Bahkan di beberapa dataran rendah, kali-kali cukup tega membentangkan sayapnya dan menyantroni rumah-rumah yang jauh darinya.

Jakarta di musim panceklik harta. Musim panceklik harta di Jakarta. Jakarta sedang musim panceklik harta. Tanggal tua mencekik banyak manusia. Dengan emosi ketidakberuangan menyerang dan mencekik manusia. Ia membentangkan sayapnya dan menyantroni banyak dari jiwa-jiwa pekerja, meskipun jauh dari kantornya.

Inilah musibah zaman ini...

Ketika dikucurkan rahmat dari langit, rahmat itu berubah menjadi kepayahan, kesulitan, musibah dan kerugian.
Ketika ditahan rahmat dari langit, manusia bertanya-tanya, 'Kenapa yang ada selalu terik? Mana curah hujannya?'
Ketika dikucurkan dana dari rekening, dana itu berubah menjadi pemicu laknat, benci, kehinaan dan kesombongan.
Ketika absennya dana dari rekening, manusia bertanya-tanya, 'Kapankah tiba tanggal muda?

Sunday, November 25, 2012

Trio Mayat!


oleh Hasan Al-Jaizy

Purnomo malam itu berjalan sendirian saja di depan lokasi pemakaman leluhur...di dalamnya adalah makam-makam tua! Malam yang tidak begitu gelap, disinari purnama. Wah, Purnama dan Purnomo. Sepasang. Purnama cah wedho, Purnomo cah lanang. Purnama bernama panjang Purnama Sari. Kalau Purnomo bernama panjang Purnomo Suro. Gubrak! Misteri Malam Satu Suro!

Tiba-tiba Purnomo merinding sendiri. Bulu-bulunya berdiri. Bulu apalah itu, tebak sendiri. Yang penting, suasananya mencekam sekali. Lalu, ia secara tidak sengaja melihat 3 pocong yang

HIDUPMU INSPIRASIMU : [14] "Pilih Mana: Kepala atau Ekor?"

oleh Hasan Al-Jaizy

Saya mempunyai seorang teman sekampus. Saya mengenalkan sebagai mahasiswa yang begitu berambisius dan bercita tinggi. Dan ia tidak main-main dalam bercita-cita. Sekarang ia sedang membangun tangga-tangga dalam kehidupan mudanya. Anak muda ini begitu mengagumkan dengan ambisinya. Bisa menjadi contoh dan spirit penyemangat bagi yang mimpinya rendah.

Teman saya ini, dikenal sebagai calon pemimpin. Ia sendiri yang mendeklarasikan mimpinya, 'Insya Allah, suatu saat ana akan jadi ulama di tengah umat ini, kawan.' Dan kami tentu mengamininya. Semoga ia menjadi ulama umat ini, di tanah air ini. Sekali lagi, ia tidak bermain-main dalam bermimpi. Seminar, kajian, rapat dan berbagai hal ia hadiri demi membangun tangga-tangga itu. Bahkan pernah ia menghadap ke orang-orang MUI dan bertanya langsung, "Bagaimana caranya agar saya bisa menjadi ulama seperti Anda!?"

Dalam perkara ini, penulis bukanlah apa-apanya. Perlu juga kau ingat, bahwa tiap manusia

BUAYA


oleh Hasan Al-Jaizy

Buaya adalah hewan reptil yang menghabiskan banyak masa hidupnya di air. Sejatinya habitat hewan bermata dua bermulut satu berkepala kurang lebih mirip naga ini adalah perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. 

Dalam bahasa Arab, buaya dikenal dengan nama 'Timsaakh' [تمساخ]. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan sebutan 'crocodile'. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka

Saturday, November 24, 2012

Semprul Si Ana


oleh Hasan Al-Jaizy

Semenjak tulisan tentang pembunuhan anak majikan oleh PRT asal Indo di Saudi dihapus oleh pihak Kompasiana, sejak saat itu juga rasanya kecewa berat. Karena kecewa atas hal itu, maka secara natural frekuensi membuka blog keroyokan itu semakin menurun. Berkurang...berkurang hingga hampir tidak pernah sama sekali. 

Ternyata lebih nyaman menulis di sini. Kalau di Kompasiana, menulis dikaitkan dengan agama Islam, seringkali di-ignore. Tapi, giliran bicara isu politik, gosip, dan yang duniawi, laku keras. Yang paling bertahan saat ini dari Kompasioner pembicara agama secara kontroversial adalah Adi Supriadi. Pemikiran beliau memang menohok banyak pihak sekuler. Tapi, Mas Adi ini eksistensi nya sangat dipelihara oleh Kompasiana; karena rela diejek, dihina, dicerca dan seterusnya.

Tidak sedikit yang berkata kalau Kompasiana 'kurang' bijak dalam menetapkan artikel-artikel agama. Terutama pembelaan terhadap Islam.

Tapi kalau artikel berikut, tentu tidak dihapus mereka. Baca ini: http://filsafat.kompasiana.com/2012/09/14/manusia-berdoa-tuhan-beronani/ . Artikel tersebut bertahan bisa saja dengan banyak alasan. Penulisnya tidak mengejek agama tertentu. Tapi, luput pula dari otak mereka, bahwa artikel ini sudah jelas menghina tuhan, tuhan apapun itu. Saya malah sempat berfikir, admin Kompasiana ini punya tuhan atau tidak!?

Link artikel tersebut saya berikan di atas bukan untuk menertawakan artikel. Sebagai bukti satu saja [dulu], bahwa Kompasiana itu punya 'kegilaan' sendiri dalam menendang tulisan orang dan menetapkan tulisan orang.

Ga Tahan Nyunda

Ga tahan saya kalau mendengar gadis Sunda berbicara dengan bahasa Sunda nya. Jadi kelepek-kelepek di tempat. Kalau pergi ke tanah Sunda nanti, harus sedia headset dan Anti Virus yang ampuh. Masalahnya, dengar emak-emak emperan dagang lagi bicara dengan bahasa Sunda saja sudah bisa membuat saya harus menggunakan seperempat tenaga dalam untuk menahan serangan hawa. 

Makanya, kalau ke tanah Sunda, tempat yang paling enak dikunjungi ya sawah atau hutan. Nanti kalau ketemu akhwat di sawah, bukan akhwat pengajian, tetapi akhwat nenek-nenek. Mereka juga akhwat! Jangan politisir dan memonopoli istilah itu untuk yang mojang atau muda saja. Kalau di sawah dan hutan, penampakan akhwat nya dan bahasa nya tidak seberapa.


Ah, Ariel...Duh, Pesonamu...

oleh Hasan Al-Jaizy

Saya sempat galau sendiri ketika ada keputusan tidak bisa mengajar di Depok Sabtu sore. Itu terjadi sekitar lebih dari sebulan lalu. Sampai saya sempat curhat lewat status. Syukurlah saya tidak kena tahdzir kemudian, entah melalui copas link foto bertuliskan 'Dilarang curhat di FB' atau copas artikel-artikel dahsyat. Tak kasih tahu lho, kawan-kawan, kalau ga mau kena tahdzir karena curhat di situs ini, ada triknya. Salah satu triknya adalah gunakan bahasa yang seolah-olah itu bukan curhat. Selipkan beberapa lelucon, sindiran atau kalimat-kalimat nge-hook yang catchy dan sebagainya. Pokoknya, alihkan pandangan pembaca dari yang tadinya terasa seperti curhat tapi malah dianggap berseloroh. Itu lebih aman...lebih aman dari tahdzir, prasangka buruk, dan iri-dengki.

Baiklah. Kembali ke laptop. Waktu itu saya sempat galau. Tapi, ternyata beberapa minggu lalu akhirnya saya diputuskan untuk mengajar lagi di Depok pada Sabtu sore. Itu adalah kabar

Friday, November 23, 2012

IMAMAH


oleh Hasan Al-Jaizy

Imamah berasal dari bahasa Arab.

Fi'il Madhi [Past Verb] : Amma [Ø£َÙ…َّ]
Fi'il Mudhari' [Conform Verb] : Ya'ummu [ÙŠَؤُÙ…ُّ ]
Mashdar [Original Noun] : Imaamah [Ø¥ْÙ…َامَØ©ِ ]

Arti dasarnya adalah Tujuan. Bisa pula diartikan 'maju'.

Dari kata tersebut, muncul pula lafadz 'amaam', yang berarti 'di depan'.

Dalam syariat Islam, ulama membagi Imamah menjadi 2, yaitu Imamah Kubra dan Imamah Sughra.

[1] Imamah Kubra [Khilafah], yaitu kepemimpinan umum dunia ataupun akhirat. Para imam adalah para Nabi, dan para khalifah di muka bumi ini.

[2] Imamah Sughra, yaitu kepemimpinan dalam ritual shalat.

Saya tidak ingin membahas terkait siapakah yang layak disebut imam/khalifah di masa kini dan semacamnya. Terlebih jika pembahasan itu menuai pengkafiran, pemfasikan dan penzaliman terhadap individu tertentu.

Kenapa para imam disebut imam? Karena, selain mereka diikuti sebagai Qudwah, mereka juga

Sketsa XVII


Mereka bertiga [Suyuthi, Syirozi dan Nawawi] pun menonton kembali apa yang tersaksi di sana. Kelihatan jelas kegugupan Ki Joko melihat kedua pendatang baru itu, Ust. Zururi dan Ust Hisby. 

"Apa kau masih mau mencari perkara pada kami, Ki Joko?" tanya Ust. Hisby dengan tatapan halilintar.

"Kau menantang aku?" Rupanya Ki Joko masih terselimuti gengsi. Ia tak hendak mengalah. Kiranya masih ada sisa tenaga dalam yang terpunya. Dan Ust. Hisby juga Zururi yakin bahwa Ki Joko sebenarnya begitu lemah. Pula Haji Asnawi. Beliau sangat yakin Ki Joko takkan mampu menghancurkan kedua orang ini, penghafal Al-Qur'an dan ribuan hadits.

Diam-diam Ki Joko merogoh sesuatu di dada bawahnya. Oh, bukan! Di balik badannya atau di punggung bawah. Seperti ada sesuatu di balik pakaian Ki Joko. Ust. Zururi dan Ust. Hisby sudah memasang ancang-ancang, kuda-kuda, benteng-benteng dan pion-pion sebagai persiapan menahan serangan atau menyerang. Ki Joko masih merogoh sesuatu di punggung sebelah bawah. Lalu ia pun mengeluarkan sesuatu. Rupanya itu adalah...

secarik kertas! Ki Joko pun membacanya dalam-dalam. Tiba-tiba, "Tuk!"

"Adaw!" teriak Ki Joko kesakitan sambil mengelus botak batoknya. Ada yang menimpuk kepalanya.

"Makanya, baca teks sebelumnya! Udah baca belom!??? Main-main!" Rupanya dalang lah yang menimpuk Ki Joko dengan kenari. Ia sedang mengamati sandiwara di atas pohon. "Ayo, mulai! Bikin lama ajah! Saya mau kondangan nih!"

Ki Joko pun berubah menjadi serius wajahnya. Lalu ia memberi isyarat sesuatu pada Ki Lambad dan kedua pembantunya. Isyarat yang hanya diketahui mereka.

Tiba-tiba...

Keempat satanis itu lari secepat kilat ke balik pohon besar dan menghilang dalam kegelapan. Serentak dan kompak sekali.

Semuanya terkaget! Tidak menyangka mereka akan kabur. Terutama Ust. Hizby dan Ust. Zururi. Keduanya tersentak dengan kecepatan mereka kabur. Bahkan si dalang pun mulai buka teks, sambil bertanya dalam batin, 'Emangnya di teks mereka disuruh kabur!?' Tiba-tiba...

"Tak!"

Sesuatu menyambar kepala dalang. Blangkonnya pun hampir jatuh. Dalang mengelus-elus separuh ndasnya. Penulis pun terkekeh-kekeh. Rupanya ia yang melempar bata ke kepala dalang.

========================

"Apa yang harus kita lakukan, Ki Haji?" tanya Ust. Zururi. "Mereka telah ditelan kegelapan. Kita tak mungkin mengejar mereka!"

"Adalah Purnomo dan anak-anak perguruan ku yang harus dibereskan!" tegas Haji Asnawi. Purnomo makin bergidik. Gigi tonggosnya yang cukup menjulang ke depan itu tak bisa mem-balance rasa takutnya. Sementara Haji Asnawi menatapnya marah sekali. Kedua matanya bagaikan mengeluarkan busur-busur panah yang menghujam di tiap lirikan.

4 pendekar muda dari perguruan hijau, mau bagaimanapun tidak akan berkutik. Karena kesaktian Haji Nawawi jauh di atas mereka. Tenaga dalamnya juga tak sebanding dengan milik mereka. Terutama jika Ki Haji baru saja melahap makanan, tenaga dalamnya bisa mengalahkan tenaga listrik. Jika engkau duduk bersamanya dan dia mengeluarkan sepersekian dari tenaga dalamnya, kau akan merasakan getaran yang membuatmu terkaget. Lebih-lebih, aroma tenaga dalamnya beracun. Terutama setelah memakan telur. SuNgGuH tErLaLu!!!

"Kalian berempat! Pulanglah segera sekarang!" seru Haji Asnawi. "Aku tak mau berdiskusi dan berdebat apapun di sini dengan kalian!"

Haji Asnawi memang paling benci berdebat tanpa keperluan. Karena itu, ia tidak pernah mau mengeluarkan perkataan yang menimbulkan perdebatan. Berbeda dengan beberapa Facebooker temannya Nawawi. Teman-temannya beberapa kali menulis status yang menimbulkan perdebatan, namun ketika dilawan dan diajak debat, langsung berlindung di balik gapura hadits dan perkataan para ulama. Kadang Nawawi juga dongkol sendiri. Nyuruh orang tidak berdebat tapi kok mancing-mancing? Sama seperti beberapa gadis desa di sekitar pondok. Memakai busana menor memancing pandangan pria. Tapi, ketika ditatap, mereka marah. Cuma bedanya, mereka tidak berlindung kemudian di balik dalil. Selain karena mereka tidak tahu dalilnya, mereka juga -setidaknya- merasa bahwa penyebab jelalatan mata lelaki adalah mereka sendiri. Tiba-tiba...

"Tek!"

Sesuatu mengenai kepala penulis. Penulis mengelus-elus kepalanya.. Dilihatnya dalang sudah di bawah pohon kenari sambil berkacak pinggang. Mukanya suram, muram dan kelam. Rupanya ia tadi melempar batu ke kepala penulis. "Benang merah!" teriaknya.

Baiklah. Akhirnya keempat pendekar itu pulang seketika itu juga. Sementara Haji Asnawi, Ust. Hisby dan Ust. Sururi tetap di sekitar pohon. Mereka memporak-porandakan semuanya. Termasuk makanan yang disaji untuk para setan. Nawawi, Syirozi dan Suyuthi masih memperhatikan dari semak-semak. Mereka masih bersembunyi.

Sebelumnya, Nawawi berencana untuk menampakkan diri. Tapi, Suyuthi mencegahnya. 'Biarkan saja! Kita tidak tahu siapa tahu tahu-tahu nanti tanpa sepengetahuan mereka ada sesuatu terjadi."

Tak lama kemudian, Haji Asnawi, dan kedua ustadz pergi berpaling. Mereka berpulang. Ketiga pendekar muda menguntit dari belakang. Menjaga jarak agar tidak ketahuan. Sekitar 25 tombak jarak terjaga.

Syirozi tiba-tiba mendengar suara gesekan-gesekan di belakang mereka. Ia mencolek kedua pendekar. "Ssst. Aku mendengar sesuatu di belakang."

Ya...ada suara gesekan di belakang! Mereka pun menoleh dengan penasaran dan kengerian ke belakang....

.....

Leher Jerapah


oleh Hasan Al-Jaizy

...bahwasanya seseorang jika sudah punya 'nama' di mata umat, maka semakin mudah baginya meraih pahala dan semakin deras mengalir. Bandingkan dengan yang tidak punya 'nama' di mata umat, meskipun pintar sekali. Punya 'nama', yang dimaksud adalah 'masyhur' dan dikenal baik. 

...juga, seseorang jika sudah punya 'gelar' di bidangnya, maka ia relatif lebih didengar dan dipermudah untuk banyak urusan. Dan ini adalah kekhususan zaman sekarang.

Posisikan pandangan di tempat yang benar. Ketika seseorang membangun pencitraan, selama ia jadikan itu sebagai wasilah demi kelancaran kebaikan, maka tidak tercela. Juga, ketika seseorang mengejar gelar, selama ia jadikan itu sebagai wasilah untuk kebaikan di masa depan, maka tidak tercela.

Juga, jangan ketika memandang pencitraan dan gelar selalu negatif.

Leher Jerapah


oleh Hasan Al-Jaizy

...bahwasanya seseorang jika sudah punya 'nama' di mata umat, maka semakin mudah baginya meraih pahala dan semakin deras mengalir. Bandingkan dengan yang tidak punya 'nama' di mata umat, meskipun pintar sekali. Punya 'nama', yang dimaksud adalah 'masyhur' dan dikenal baik. 

...juga, seseorang jika sudah punya 'gelar' di bidangnya, maka ia relatif lebih didengar dan dipermudah untuk banyak urusan. Dan ini adalah kekhususan zaman sekarang.

Posisikan pandangan di tempat yang benar. Ketika seseorang membangun pencitraan, selama ia jadikan itu sebagai wasilah demi kelancaran kebaikan, maka tidak tercela. Juga, ketika seseorang mengejar gelar, selama ia jadikan itu sebagai wasilah untuk kebaikan di masa depan, maka tidak tercela.

Juga, jangan ketika memandang pencitraan dan gelar selalu negatif.

Thursday, November 22, 2012

HIDUPMU INSPIRASIMU : [13] "Falsafah Roda"


oleh Hasan Al-Jaizy

Seorang anak tunggal dimanjakan kedua orang tuanya. Semua hajat materi terpenuhi. Anak itu pun membesar dan membesar. Dan turut pula usia orang tuanya yang menua. Suatu hari, keduanya berkata dengan serius pada si anak:

"Jika kelak ayah dan ibu sudah tiada, maka kamu satu-satunya yang akan menjadi pewaris harta kami. Kekayaan ibu dan bapak akan menjadi milkmu."

Maka semakin senanglah anak manja ini. Lama berlama melamun membayangkan betapa kelaknya ia akan menjadi raja berharta. Ia teringat teman-teman kampusnya di kampus ternama. Ia teringat teman-teman nongkrongnya. Yang kemudian ia teringat satu pertanyaan: 'Kapan ayah dan ibu akan meninggal?'

Pertanyaan itu kemudian terjawab suatu hari, keduanya meninggal. Entah karena

Wedhus Ireng?


oleh Hasan Al-Jaizy

Sejujurnya, hampir tidak pernah ada orang yang berani mengkritik eksistensi jenggot saya di pandangan mereka. Kritik 'mirip kambing' atau lainnya cuma ada setahun setengah kali. Itu juga bercanda sekali dari orang yang belum tahu sunnahnya. 

Malah yang tiap hari, saya melihat mupengers pada jenggot saya. Jika dibandingkan dulu, ketika saya masih muda dan tak berjenggot, mupengers tidak banyak. Jadi, kalau Anda mau banyak yang senangi dan segani, tumbuhkan jenggot. Biarkan ia tumbuh. Jika asalnya gersang, dan minyak firdaus atau minyak kemiri bakar tidak mempan, tempel saja sapu ijug, atau tempelkan bulu lain di sana.

Sebenarnya saya pribadi kurang memahami 100% kenapa beberapa ikhwah kok semacam curcol (curhat colongan) curbung (curhat berselubung) seolah hidupnya cukup getir karena jenggot dan celananya. Padahal katanya curhat itu ga boleh di FB. Harus pada Allah saja. Tapi, mungkin

Wednesday, November 21, 2012

Jika Yakinmu Kau Tak Bisa, Kau Takkan Bisa


oleh Hasan Al-Jaizy

Seorang santri, telah dinyatakan lulus dari pendidikan pesantrennya secara resmi. Yang kini ia lakukan sebagai amanah teremban adalah keluar gerbang pondoknya dan menyiarkan apa yang telah terbekali selama belajar di sana. Apa lagi selain ilmu? 

Rupanya ia tergolong santri rajin dan pintar. Nilai hasil ujiannya mengagumkan. Dan jika kau berbicara dengannya, ibarat berbicara dengan seorang sarjana agama era 80-an. Dan jika kau berbicara dengannya, kau seakan adalah seorang sarjana agama pasca 2000. Kenapa sarjana agama pasca 2000? Karena kesarjanaan banyak sarjana kini ibarat kiamat ilmiah. Setelah lulus, tidak lagi menggali ilmu lebih, namun mencari uang semata dengan bekal sederhana. Dan banyak ilmu-ilmu dilupakan. Ditinggalkan. Yang terpandang sekarang adalah bagaimana mendapatkan uang, jabatan dan martabat di mata manusia. Bukankah begitu, wahai aku?

Remaja ini pun diutus ke sebuah kampung. Untuk berdakwah. Ia dibekali uang dan

Tuesday, November 20, 2012

HIDUPMU INSPIRASIMU : [11] "Bingkisan Doa dan Harapan Untuk Saudara Di Sana"

oleh Hasan Al-Jaizy

Bermula kucuran renyuh di hati itu mengalir dari sebuah video di YouTube. Sebenarnya bukan pertama kali iba menggentayangi hati. Sudah lama. Namun, video sederhana itu memperlihatkan seorang anak kecil belum mencapai usia baligh berjalan di sebuah jalan. Rupanya ada beberapa tentara Yahudi terlaknat dari negara penjajah, yaitu negara Israel, menjaga jalan. Mereka pun memeriksa anak itu luar dalam. Dengan kasar. Anak itu membawa tas, sepertinya hendak pergi ke sekolah. Tasnya dikobok-kobok. Pemandangan itu menjadi tradisi di sana.

Yang membuat fikirku hingga kini adalah judul video itu. Berbahasa Arab. Maknanya: "Bayangkan jika dia adalah adik kecilmu".

Bayangkan jika anak kecil yang digorok lehernya hingga putus di Suriah itu adalah adik kecilmu, atau anakmu.
Bayangkan jika mulut Bakkour yang dipreteli hingga hancur dan hilang, hingga yang terlihat hanya darah dan daging dari bawah hidung menuju leher, hingga gigi pun sudah hilang, adalah

Kelak Kau akan Ditinggalkan Teman

oleh Hasan Al-Jaizy

Friends come and pass. Times come and pass. Wind comes and passes. Kelak kau akan ditinggalkan teman atau kau meninggalkan teman. Padahal kau belum tentu mau seperti itu.

Kau sudah tinggalkan teman masa kecilmu di kampung. Kau pun dapati teman baru di kota. Lalu kau dapati teman hidup tuk berpasangan dengannya berdua. Tak lama berselang, lahirlah anak-anak yang kelak akan menemanimu di usia senja. Kemudian yang terakhir, kau akan meninggalkan yang menemanimu. Bisa jadi tanpa ucapan salam, bisa jadi dengan perpisahan. Tiada menahu.

Sekarang boleh jadi hidupmu terasa hingar meramai. Teman di mana-mana. Namun

Boikot produk mereka? Good idea!

oleh Hasan Al-Jaizy

Boikot produk mereka kemudian teriakku
sementara sehari-hari menonton Hollywood movie...the hell?
Boikot produk mereka kemudian teriakku
melalui Facebook, produk mereka...the hell?
Boikot produk mereka kemudian teriakku

Memboikot produk fisik berupa barang produksi dan semacamnya
membakar bendera dan melaknat sana-sini
Jika sudah habis tudingan laknat, ganti mencerca saudara sendiri
yang dianggap tidak punya kontribusi
------------------------------
sementara makna, propaganda dan film-film tetap ditonton dinikmati
boikot produk mereka adalah a good idea
boikot propaganda mereka adalah not a good idea
karena kita masih pengen menyantapnya

Dalam ramai lantangmu
Dalam sepi menjilatmu

boikot boikotlah semampunya. Dan sudahkan kita memboikot program tv gila atau film barat atau lainnya dari pandangan kita sendiri? 

Ternyata belum. Padahal senjata tergila mereka ada di produk tv. 

Karena mereka itu menyuruh kita boikot produk mereka secara mutlak tanpa perhatikan kebutuhan. Yang tidak boikot dikata tidak peduli dst. Kalau mau main boikot terlebih dahulu senjata terbesar mereka.

Monday, November 19, 2012

Sketsa XVI


"Hmm...kalimat sombongmu akan berhenti di situ. Kupanggil saja mereka. Ayo, keluarlah kalian dari ilalang," seru Haji Asnawi.

Lalu terdengarlah suara gesekan dan terlihat ada ilalang yang bergoyang dari suatu sudut....Ki Joko menunggu dengan sedikit kecemasan...siapakah itu????

Eng Ing Eng. Keluarlah dua pemuda gagah berbaju taqwa putih. Syukur-syukur celana yang dipakainya bukan celana maksiat, jadi matching dengan baju mereka. Dua pemuda tersebut berusia sekitar 30 tahunan. Mereka berdua berjenggot dan terlihat shalih.

Melihat mereka berdua, Ki Joko Bedon gentar bukan main. Ia ingat sekali mereka berdua adalah yang meruqyah banyak dari para murid perguruan sawah. Mereka berdua juga pernah mendatangi langsung ke rumah Ki Joko dan menempelengnya dengan kasar di depan orang-orangan sawah. Ki Joko seketika merasa ciut. Semua jin khadamnya juga ngumpet di balik pohon. Ada pula yang langsung nyungsep ke lubang. Mereka pernah dibakar rupanya oleh kedua pendekar putih tersebut. Siapakah mereka?

"Ha? Ustadz Zururi dan Ustadz Hisby???" bisik Nawawi dan Syirozi keras-keras. Suyuthi terkaget, "Kalian kenal 2 orang itu?"

"Tentu saja kami kenal! Kedua ustadz itu adalah mantan guru di perguruan kami! Mereka berdua pernah mengalahkan makar Ki Joko dengan telak!" jawab Nawawi masih berbisik. Namun nada emosinya dan sensasinya teriring jelas.

"Mantan guru? Mereka sudah keluar dari perguruanmu?" tanya Suyuthi.

"Ya. Mereka telah keluar beberapa bulan lalu," jawab Nawawi.

"Sebabnya apa?" selidik Suyuthi.

"Aku tak tahu semuanya, kawan. Tapi yang ku tahu penyebabnya adalah Ustadz Zururi pernah menerima dana dari sebuah kerajaan di negeri minyak. Dana itu untuk pembangunan beberapa unit gubuk untuk dihuni beberapa murid. Juga untuk memperkaya koleksi kitab warisan ulama. Nama kerajaan itu adalah Uripken Warisan. Tapi, beberapa sesepuh dan pendekar di perguruan kami menyatakan bahwa kerajaan itu sesat dan dananya haram. Barangsiapa menerima dana itu, maka ia akan dicela. Ustadz Zururi bersikeras demi maslahat gubuk dan kitab. Namun salah satu sepuh kami, Syaikh Mubaddi' At-Tahdziiry mengusirnya dari perguruan," terang Nawawi.

"Waw, perpecahan di perguruan kalian sendiri," tanggap Suyuthi tersenyum kecil. "Lalu, bagaimana dengan yang satu lagi, Ustadz Hizby?"

"Ustadz Hisby?" sergah Syirozi. "Hehe, dia karena punya banyak teman dan beberapa kali duduk santai dengan beberapa orang kerajaan di kedai-kedai. Itulah akibatnya."

"Hush, jaga mulutmu, Syiro. Ini malam satu Suro. Ojo golek perkoro. Ojo golek goro-goro!" sergah Nawawi. "Ustadz Hisby itu orang baik dan saleh. Wong sesama saudara, sedulur seluhur, mosok dilarang duduk santai bareng!? Kaedahnya agak aneh iki: barangsiapa yang duduk dengan wong kerajaan, maka ia serupa tingkahnya dengan wong kerajaan. Aku dan kau kini duduk dan ngintip bareng, aku dari perguruan murni, kau dari perguruan hijau, apa kemudian aku juga akan dikeluarkan dari perguruan jika ketahuan berteman dekat denganmu, Suyuthi? Ganjil dan janggal, bukan?"

"Bukan, tapi aneh!" tandas Suyuthi.

Mereka bertiga pun menonton kembali apa yang tersaksi di sana. Kelihatan jelas kegugupan Ki Joko melihat kedua pendatang baru itu, Ust. Zururi dan Ust Hisby.

"Apa kau masih mau mencari perkara pada kami, Ki Joko?" tanya Ust. Hisby dengan tatapan halilintar.

"Kau menantang aku?" Rupanya Ki Joko masih terselimuti gengsi. Ia tak hendak mengalah. Kiranya masih ada sisa tenaga dalam yang terpunya. Dan Ust. Hisby juga Zururi yakin bahwa Ki Joko sebenarnya begitu lemah. Pula Haji Asnawi. Beliau sangat yakin Ki Joko takkan mampu menghancurkan kedua orang ini, penghafal Al-Qur'an dan ribuan hadits.

Diam-diam Ki Joko merogoh sesuatu di dada bawahnya. Dan kapan-kapan kau akan tahu apa yang terjadi kemudian....

....

Sketsa XV

Rupanya Purnomo tidak puasa mutih selama 3 hari sebelum malam ritual. Ia membatalkan puasa mutihnya dengan melahap pepes bawal 3 hari berturut-turut di kedai tanpa sepengetahuan para sesepuh golongan hitam. 

Geram Ki Joko memuncak. Tiba-tiba ia berseru keras, "Bukan kau satu-satunya penghalang ritual ini! Ada pihak lain yang berupaya menggagalkannya!!!!" 

"KALIAN YANG BERSEMBUNYI DI BALIK ILALANG, KELUARLAH! Sebelum kucincang kalian semua!!!" teriak Ki Joko Bodo keras sekali.

Serentak 7 pasang mata lainnya menatap ke arah ilalang yang ditunjuk Ki Joko....!!!

Siapa? Ada siapa di balik ilalang????

Beberapa helai ilalang itu pun bergerak; menandakan ada kehidupan di sana. Belum sempat menampakkan diri, terdengar suara keras dan

Sketsa XV

Rupanya Purnomo tidak puasa mutih selama 3 hari sebelum malam ritual. Ia membatalkan puasa mutihnya dengan melahap pepes bawal 3 hari berturut-turut di kedai tanpa sepengetahuan para sesepuh golongan hitam. 

Geram Ki Joko memuncak. Tiba-tiba ia berseru keras, "Bukan kau satu-satunya penghalang ritual ini! Ada pihak lain yang berupaya menggagalkannya!!!!" 

"KALIAN YANG BERSEMBUNYI DI BALIK ILALANG, KELUARLAH! Sebelum kucincang kalian semua!!!" teriak Ki Joko Bodo keras sekali.

Serentak 7 pasang mata lainnya menatap ke arah ilalang yang ditunjuk Ki Joko....!!!

Siapa? Ada siapa di balik ilalang????

Beberapa helai ilalang itu pun bergerak; menandakan ada kehidupan di sana. Belum sempat menampakkan diri, terdengar suara keras dan

BULUGHUL MARAAM

oleh Hasan Al-Jaizy

Seperti membaca, menulis juga bukan tujuan akhir. Membaca adalah wasilah besar tuk dapatkan maklumat. Menulis adalah wasilah besar tuk sebarkan maklumat. 

Apa maklumat itu? Maklumat berasal dari bahasa arab, yang berarti 'sesuatu yang diketahui' atau 'pengetahuan'. Ada juga kita kenal kata 'maklum'. Makna maklumat dan maklum sebenarnya serupa. Yang membedakan adalah penggunaan. Maklum lebih condong kepada maksud 'wajar, biasa atau lazim'. Sementara maklumat condong pada 'pengumuman, pemberitahuan hingga ilmu'. Praktek penggunaan kalimat:

MAKLUMAT

"Maklumat ini saya sampaikan agar

Israel, Hizbullah dan Muhamadiyyah


oleh Hasan Al-Jaizy

Suyuthi: "Israel benar-benar bejat. Kemarin mengorbankan banyak wanita dan anak-anak."

Syirozi: "Hush. Jangan bilang begitu. Yahudi bukan Israel. Israel bukan Yahudi! Ente jangan sifati Israel seperti itu!"

Suyuthi: "Lho, yang ane maksud kan negara itu toh, penghuni dan pendukungnya!? Bukan Israel yang dimaksud sebagai seorang utusan Allah itu."

Syirozi: "Sa'karepmu lah, yut. Kalau tidak setuju ya keluar dari grup atau ane keluarkan!? Yang penting ndak boleh nyebut nama Israel dengan sifatan jelek apalagi mengutuknya. Kita harus hormati Nabi."

Suyuthi: "Yo wes lah, Syiro. Mnurut ente, Hizbullah yang dari Lebanon itu gimana?" 

Sunday, November 18, 2012

Sesuai Kadar Termampumu dan Jangan Berlebih

oleh Hasan Al-Jaizy

Menghadapi kenyataan pahit, tentu perlu solusi untuk memaniskan kembali hembusan realita. Sebagainya pahit dan sakitnya hati mendengar kabar-kabar dunia Islam, tentu perlu solusi untuk memaniskannya kembali. Atau sebelum menjadi manis, jadikan ia tawar terlebih dahulu.

Kita semua diminta untuk membantu sesuai kadar yang termampukan. Jika tidak mampu menjadi yang terbaik, maka jadilah yang baik. Jika kesulitan menjadi yang baik, maka jangan pernah menjadi yang buruk. Intinya: tetaplah baik.

Jika yang dibutuhkan adalah kerahan pasukan, lalu kau ditunjuk untuk ikut serta dan kau memang mampu, maka pergilah. Dan jangan wartakan kepergianmu pada manusia sedunia. Atau kau ingin membatalkan amalan sebelum amalan? Karena pergimu itu adalah perjalanan menuju jihad. Bukankah kelak macam orang yang pertama diseret ke neraka adalah ia yang pergi ke medan kemudian mati terbunuh namun rupanya hatinya kotor!? Padahal manusia dari timur ke barat menyangka ia seorang syahid.

Dan ternyata yang dibutuhkan adalah senjata. Maka, alam pun meminta keping-kepingmu di

Saturday, November 17, 2012

HIDUPMU INSPIRASIMU: [10] "Kado Hati Untuk Teman"

oleh Hasan Al-Jaizy

Saya punya seorang teman. Ia teman lama. Ia teman yang saya kenal baik sejak masa sekolah dahulu. Ia teman yang temani saya dahulu di momen susah dan senang. Ia teman yang telah berikan saya banyak kebaikan dan pelajaran.

Melaluinya, Allah membantu kebutuhan saya untuk membeli netbook ini. Netbook yang dengannya saya mendapatkan banyak kebaikan mengalir dan mengalirkan banyak kebaikan. Netbook yang Allah takdirkan sebagai alat membuka banyak tabir-tabir dan membentangkan banyak jalur-jalur.

Teman saya yang satu ini adalah yang terbaik dalam seumur hingga kini. Sudah lama kami tak bertemu. Namun, kenangan dan kebaikannya terasa. Bahkan kiraan pandangan saya, hingga masa tua, saya akan mengingat jasanya. Siapapun manusia yang mendapat manfaat dari apapun yang saya tulis [jika memang itu bermanfaat], melainkan teman saya ini berperan di baliknya. Karena melaluinya lah Allah bentangkan jalan-jalan kebaikan. Yang dulunya saya hanya

Kotoran Suci


oleh Hasan Al-Jaizy

Seperti kitab-kitab yang tadinya suci, namun dikotori oleh tangan-tangan yang tak pernah dicuci. Tangan-tangan kotor dikenalikan hati-hati keji. Pemalsuan di beberapa lini...kepalsuan di pelbagai sisi. Kotoran suci...teranggap suci namun rupanya kotoran. Pantas saja banyak yang meninggalkannya terdampar berdebu di rak-rak dunia. Sekalipun sucinya mereka menganggapnya, jika isi sudah terbaur dengan najis, maka selamanya bersebut kotoran suci.

Kotoran Suci....Holy Sh*t!

Berbagai kotoran disuci-sucikan. Seperti kotoran kerbau di sana. Ketika otak-otak encer sekotoran kerbau mengagungkan kotoran. Ketika orang gila mewajibkan dirinya untuk terlihat sinting dengan ide dan fikiran. Ketika orang gila mengharuskan orang waras menghormati otak kotoran kerbaunya. Ketika orang gila terlihat bangga dengan kotoran kerbau.

Orang-orang gila pasti marah dan merasa paling pintar. Sedangkan orang waras

Sketsa XIV

Mata Ki Joko Bedon terbelalak tak percaya. Semuanya hancur seketika. Padahal ayam pun belum saatnya berkokok. Dan tidak ada yang mendengar ayam berkokok. Bukan saatnya. Lalu apa sebab kegagalan? Lalu ia menoleh ke Purnomo yang terkulai kesakitan terbentur akar besar. Purnomo merasa tubuhnya hancur. Ia merasakan rasa sakit itu tidak hanya karena terbentur. Tetapi ada semacam energi-energi yang menyakitinya dari dalam.

Terbujur Purnomo digenggam para peritual. Ki Joko Bedon terlihat murka dengan apa yang ada. "Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu, anak muda!" tukasnya ngeri tertuju pada Purnomo. Purnomo ketakutan setengah mati, setengahnya hidup. Ia menggigil. Mata Ki Joko Bedon yang mengerikan itu seolah-olah hendak menelan ia bulat-bulat.

"Apakah kau telah laksanakan puasa mutih selama 3 hari sebelum hari ini???" tanya Ki Joko geram.

"B...bb...belum, KKKiii," jawab Purnomo terbatu bata. Kali ini ia siap dilempar bata. Padahal ia adalah newbie yang secendol pun belum terpunya.

"Anak muda bodoh! Apa yang kau lakukan sehingga tidak mutih???"

"A..a...aku diam-diam m..mmma...kan di kedai. A..a..ku memakan pepes bawal, Ki. Ammpun, Ki," jawab Purnomo ketakutan.

Geram Ki Joko memuncak. Tiba-tiba ia berseru keras, "Bukan kau satu-satunya penghalang ritual ini! Ada pihak lain yang berupaya menggagalkannya!!!!"

"KALIAN YANG BERSEMBUNYI DI BALIK ILALANG, KELUARLAH! Sebelum kucincang kalian semua!!!" teriak Ki Joko Bodo keras sekali.

Serentak 7 pasang mata lainnya menatap ke arah ilalang yang ditunjuk Ki Joko....!!!

Sketsa XIII



"Apa yang kau cari, Ki?" Ki Lambad memberanikan diri tuk bertanya.

"Aku sedang mencari sumber energi yang menghalangi pencabutan pusaka. Kita gagal karena itu!" jawab Ki Joko marah. Ia berkali-kali menggeram dan berbisik tak menentu.

"AAAAARGHHH...." tiba-tiba salah seorang dari pendekar silat hijau mengaum. Ia kesurupan. Meronta dan memberontak. Kawan-kawannya panik. Ki Joko semakin marah. Malam ini benar-benar tak semulus rencananya. Pendekar kesurupan itu masih meronta tak jelas. Tidak ada kalimat dari bahasa manusia terdengar dari geraman ngerinya.

Ketiga pendekar masih mengintip sembari terus membaca wirid dengan bisikan-bisikan. Mereka benar-benar berazam membatalkan ritual itu. Asa mereka betapa tinggi adanya. Ki Joko pun memegang bahu dan leher belakang pendekar kesurupan. Komat-kamit mulutnya membaca SMS...eh, membaca mantra. Nawawi hampir saja merogoh HP nya. Tadinya ia mau mengabadikan peristiwa ini dengan merekam videonya lalu mengomentari, "Ada yang kesurupan nih, ciiin," tapi lagi-lagi ia teringat dalang yang suka menjitak sembarangan.

Pendekar kesurupan itu berhenti kesurupan. Ki Joko Bedon terduduk

Sketsa XII

Pengambilan atau pencabutan pusaka dilakukan di tempat itu juga. Ki Joko berkali-kali menatap Purnomo dalam-dalam. Purnomo yang merasa ditatap berkali-kali bukannya kege'eran, malah ketakutan. 

Dua orang yang berpakaian serba hitam menata penempatan semua bahan ritual. Sebuah kendi berisi air diletakkan tepat di atas tanah yang sebelumnya ditaruh makanan. Tempat makanan sudah disingkirkan; karena Ki Joko Bedon menaruhnya di sebuah tempat gelap. Yaitu di rerimbunan rerumputan yang berdempetan dengan pohon. Sangat mungkin dia memanfaatkan momen penyimpanan itu untuk mencicipinya. Tadi ketika menaruhnya, sempat ia hampir muntah, "Hueekkk!" Ah, sepertinya ia lupa kalau makanan itu sudah dilumuri darah ayam. Sungguh terlalu...

Kendi itu dikelilingi beberapa telur ayam. Ditancapkan kemudian beberapa potong bambu di sekitarnya. Lalu kemenyan mulai dibakar.Mereka semua kemudian duduk bersila.

"Kalian semua jangan berkata sepatah apapun dan jangan berfikir apapun kecuali memusatkan pandangan pada benda-benda ini. Jika kalian memikirkan selain itu semua, akan butuh waktu panjang. Sementara tak lama lagi fajar akan menyapa bumi. Jika ayam sudah berkokok, hilang sudah kesempatan kita," kata Ki Joko Bedon.

Purnomo gemetaran sendiri. Ia merasa seakan dibebani dosa dan kesalahan segunung. Mereka pun kembali duduk bersila dan berkeliling. Beberapa obor sudah dimatikan. Yang ada tinggal 2 obor. Keadaan semakin

Sketsa XI


Tiba-tiba tubuh Purnomo terpental....ia menjerit, "AAAAAAA!" Purnomo terpental membentur akar yang besar. Dan sosok putih itu menghilang tiba-tiba.

Semua hadirin pun kaget. Ketujuh orang itu kaget. Suyuthi, Nawawi dan Syirozi pun bertaklid buta. Mereka ikut-ikutan kaget tanpa dalil yang jelas. Bahkan dalang pun ikut kaget pula. Dan Deddy Mizwar dalam film Kiamat Sudah Dekat pun tercekat karena giginya menggigit lidahnya sendiri, seraya berkata, "Kayaknye ada yang ngomongin gue nih!"

Ki Joko Bedon pun menatap Purnomo dan bertanya keras, "Apa kamu belum mandi kembang sebelum berangkat kemari, anak muda?"

"B...b...b...belum, Ki," jawab Purnomo ketakutan.

"Dasar bocah bodoh. Berapa nilai ijasahmu? Sudah kukatakan sebelumnya. Semua peritual harus menunaikan persyaratan-persyaratan yang kuberikan saat pertemuan malam purnama terakhir. Kau bisa menggagalkan ritual kita jika kau melanggar syarat! Kau merepotkanku kini. Aku harus mengorbankan beberapa jurus tenaga dalamku untuk mengimbanginya. Ini sangat

Sketsa X

Hingga kemudian perjalanan 4 orang itu berakhir di sebuah pohon yang amat besar. Akarnya meraksasa, bahkan ada yang menjulang hingga membentuk beberapa ayunan. Tubuh pohon itu dirantai oleh tumbuhan menjalar liar. Ada sedikit tanah lapang di antara akar-akar besar. Di sana mereka terhenti....

Apa yang akan mereka lakukan????

Suyuthi dan kedua temannya menyelinap pelan-pelan dari satu sektor ilalang ke lainnya demi mendekati Tempat Calon Kejadian Perkara. Akhirnya mereka sampai di sebuah sudut yang membuat pemandangan terlihat sempurna.

4 orang itu masih berdiri di sana. Salah satu dari mereka kemudian menyalakan obor. Tidak hanya 1. Tapi berobor-obor. Lalu disematkan di beberapa tempat yang ditunjuk oleh Ki Joko Bedon. Mereka kemudian berbincang sementara waktu. Suyuthi penasaran sekali dengan isi pembicaraan mereka. Ia bahkan punya keinginan melemparkan telinganya sendiri ke sana, namun tidak bisa.

Percakapan 4 orang itu dihentikan oleh kedatangan 4 orang lainnya. 2 di antaranya berambut panjang berpakaian

Friday, November 16, 2012

HIDUPMU INSPIRASIMU : [9] "Kelembutan Tersembunyi"

oleh Hasan Al-Jaizy

Diceritakan pada suatu serpihan lembut zaman, hiduplah seorang pemuda ahli ibadah kehabisan bekal dan tertikam oleh rasa lapar di kota Makkah. Hingga ia tak mampu berdiri tegak atau berjalan baik disebabkan perihnya serangan lapar. Di sebuah jalan kecil, ia melihat sebuah kalung emas yang zahirnya tampak mahal. Diambillah kalung itu dan disimpan di sakunya.

Tak lama masa bergulir, seorang lelaki setengah abad kira usianya mengumumkan bahwa ia kehilangan sebuah kalung berharga. Rupanya ciri-ciri yang dibentangkan selaras persis dengan yang ditemukan si pemuda. Ia pun menyahut:

"Ku temukan kalungmu dan ku kembalikan padamu." Setelah itu, ia pergi meninggalkan pemilik kalung yang terkesiap. Tiada patah kata lagi dari pemuda; tiada pinta imbalan darinya. Dengan segenap kerahan rasa laparnya, pemuda itu berdoa, "Ya Rabb, aku lakukan itu semua untuk-Mu. Ku tinggalkan kalung itu demi-Mu. Maka berilah ganti yang lebih baik dari itu semua untukku."

Suatu hari, ia melaut dengan menumpang sebuah kapal barang. Di tengah perjalanan, badai menerjang. Kapal pun terombang-ambing dan akhirnya menyerah pada amuk badai dan jilatan samudera. Tiada seorang pun selamat melainkan si pemuda. Ia terkatung-katung di atas sebuah kayu. Hingga akhirnya angin, gelombang dan kayu mengantarkan jasadnya yang sudah lemah itu ke sebuah pulau.

Ia pun bangkit dan tertatih berjalan. Dilihatnya ada masjid tua. Menujulah ia ke sana. Didapatkan orang-orang sedang shalat di dalamnya dan kemudian ia turut

HIDUPMU INSPIRASIMU : [8] "Menunduklah!"


oleh Hasan Al-Jaizy

Tahun 2008 saya punya seorang dosen di mapel bahasa [Nahwu]. Beliau adalah Pak Prof Al-Basyiry, berasal dari Mesir. Seorang yang kalimat dan nasehatnya sangat berhikmah dan ngena. Beberapa kali jam pelajaran habis untuk mendengarkan nasihat beliau. Dan kami merasakan waktu begitu cepat. Berharap ingin mendengar lagi nasehat beliau.

Tahun 2009 beliau sudah tak mengajar di kampus lagi. Kembali ke negerinya. Tapi, banyak kalimat dan makna yang kami ingat. Dan menginspirasi beberapa tulisan saya.

Pernah beliau menasehati kami untuk banyak membaca kitab/buku. Ya, masyhur sudah bahwa buku adalah teman yang tak menuntutmu apapun. Namun, kata Syaikh Al-Munajjid, buku adalah teman yang bisa membuatmu merunduk selalu. Buku pun merendah selalu. Ketika kau

Thursday, November 15, 2012

IRI


oleh Hasan Al-Jaizy

Kamu berbuat baik...
lalu diejek...
Tentu saja tidak enak diejek...
Tapi, fikirkan saja...
mereka mengejekmu...
karena 2 hal:
[1] Karena mereka memperhatikanmu
[2] Karena mereka tidak bisa sepertimu

Ini tidak berarti meninggikan diri...
mengasah tuk jadi sombong...
Tetapi ketahuilah...
jika memang mereka ingin mengkritik...
mereka harus berikan saran dan solusi...
bukan sekadar ejekan...

Manusia mengejek manusia yang berbuat baik...
tiada maksud selain ingin...
merendahkan yang tinggi...
Terutama jika diejek di depan manusia lainnya...

Saya pernah mengejek orang baik...
sekarang saya malah menyesal...
karena saya sadar...

rupanya dia memang benar-benar...
lebih baik dari saya...

Maka, jika kamu hendak mengejek...
dia yang berbuat baik...
periksa lagi hatimu...
karena itu adalah...

IRI

Hasad

"Hasad"

Beliau berkata:

الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب

"Hasad [Dengki] melahap kebaikan-kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar."

Karena mayoritas pendengki akan menzalimi orang yang didengki dengan cara menyiarkan keburukannya sehingga manusia lari darinya. Dan hal ini termasuk dari dosa-dosa besar, yang kadang bisa meruntuhkan kebaikan-kebaikan diri pendengki.

Setiap seorang pendengki melihat kenikmatan yang diperoleh mahsuud [orang yang didengki] bertambah, semakin bertambahlah kekesalannya dan semakin menyempitlah hati.

[Kitab Al-Ilm, hal. 78]

Jika pendengki itu adalah