oleh Hasan Al-Jaizy
WAJIB bagi seorang muadzin untuk azan dengan lafadz2 berurutan. Jika terjadi 'tankiis' [pembolak-balikan] atau lompat lafadz [kelewatan], maka ia harus mengulang dan menertibkannya secara urut.
Dalil:
1. Nabi mengajarkan azan pada Abu Mahdzuurah secara urut/tertib [lafadznya]
2. Azan memiliki tamayyuz [perbedaan ciri/khas] dari dzikir lainnya dari segi ketertiban urutan. Jikalau tidak diurut, maka penyimak tidak tahu/yakin itu azan atau bukan.
Diadaptasi semampu-semau-nya dari:
Kitab Al-Bayaan fi Madzhab Asy-Syafi'i karya Abu Hasan Yahya Al-Imraany Al-Yamany [498-558 H], jilid 2. hal 78
WAJIB bagi seorang muadzin untuk azan dengan lafadz2 berurutan. Jika terjadi 'tankiis' [pembolak-balikan] atau lompat lafadz [kelewatan], maka ia harus mengulang dan menertibkannya secara urut.
Dalil:
1. Nabi mengajarkan azan pada Abu Mahdzuurah secara urut/tertib [lafadznya]
2. Azan memiliki tamayyuz [perbedaan ciri/khas] dari dzikir lainnya dari segi ketertiban urutan. Jikalau tidak diurut, maka penyimak tidak tahu/yakin itu azan atau bukan.
Diadaptasi semampu-semau-nya dari:
Kitab Al-Bayaan fi Madzhab Asy-Syafi'i karya Abu Hasan Yahya Al-Imraany Al-Yamany [498-558 H], jilid 2. hal 78
dalil nya mna pak
ReplyDelete