Saturday, November 24, 2012

Ah, Ariel...Duh, Pesonamu...

oleh Hasan Al-Jaizy

Saya sempat galau sendiri ketika ada keputusan tidak bisa mengajar di Depok Sabtu sore. Itu terjadi sekitar lebih dari sebulan lalu. Sampai saya sempat curhat lewat status. Syukurlah saya tidak kena tahdzir kemudian, entah melalui copas link foto bertuliskan 'Dilarang curhat di FB' atau copas artikel-artikel dahsyat. Tak kasih tahu lho, kawan-kawan, kalau ga mau kena tahdzir karena curhat di situs ini, ada triknya. Salah satu triknya adalah gunakan bahasa yang seolah-olah itu bukan curhat. Selipkan beberapa lelucon, sindiran atau kalimat-kalimat nge-hook yang catchy dan sebagainya. Pokoknya, alihkan pandangan pembaca dari yang tadinya terasa seperti curhat tapi malah dianggap berseloroh. Itu lebih aman...lebih aman dari tahdzir, prasangka buruk, dan iri-dengki.

Baiklah. Kembali ke laptop. Waktu itu saya sempat galau. Tapi, ternyata beberapa minggu lalu akhirnya saya diputuskan untuk mengajar lagi di Depok pada Sabtu sore. Itu adalah kabar sangat menggembirakan. Meskipun di pagi hari harus pula mengajar di daerah Mampang. Tapi, saya memang tidak tega meninggalkan Depok pada Sabtu sore. Momen itu sangat 'gue banget'.

Nah, nah, di term ini [atau anggaplah: di cawu ini] saya bertemu dengan murid yang baru saya kenal. Panggilannya Ariel. Tidak cocok jika disandingkan dengan nama aslinya. Tapi, panggilannya Ariel. Terbayang Ariel PeterPan/Noah. Namun, dari segi fisik, perbedaannya bagaikan langit dan sumur, atau sejauh barat dan timur. Ariel murid saya ini baru kelas 3 SD. Tubuhnya kecil. Rambutnya pendek. Jidatnya jenong [agak ke depan]. Culun kelas menengah. Giginya kotak-kotak dan agak terpisah, seperti beberapa kelompok Islami sekarang. Mereka ga mau nyatu.

Kalau dilihat sekilas, tidak ada istimewa nya anak ini. Tapi, kalau mau diteliti lagi, semakin sulit menemukan keistimewaan anak ini di mana letaknya. Bagaimanapun, saya sangat suka anak ini. Ia mempesona. Saya terpesona. Pesonanya di mana? Saya juga tidak bisa mengulasnya. Mungkin pesonanya ada di nama panggilan: ARIEL. Atau di keculunannya?

Walaupun saya terpesona akannya, tidak akan berlaku berlebihan. Tidak perlu sampai memasang poster mukanya di kamar. Apalagi sampai menaruh foto mukanya di dompet. Hadeeuuh...

Pesona

Ini dia yang menarik. Pesona itu artinya DAYA TARIK atau DAYA PIKAT. Seakan ada sesuatu yang menarik perhatian darinya atau mengagumkan.

Pesona itu bisa didapat dari fisik, skill [kemampuan] atau makna.

Pesona dari fisik bisa saja didapat dari wajah. Ada beberapa orang [pria] dihibahi oleh Sang Pencipta wajah yang berwibawa. Terlebih jika ditambahi jenggot. Atau wajah teduh. Atau wajah manis yang enak sekali dipandang. Boleh dipandang tapi tak boleh dipegang-pegang. Bisa saja pesona fisik dari kekarnya tubuh, atau macho nya rambut.

Pesona dari skill bisa saja didapat dari nilai pelajaran/mata kuliah, tulisan, permainan dan seterusnya. Sebagian remaji suka lompat-lompatan atau teriak-teriak membela jagoannya ketika menyaksikan pertandingan. Itu tingkah remaji yang mudah mengekspresikan perasaan terpesonanya. Tapi, ada juga remaji yang cukup menjadi secret admirer, penyuka namun enggan mengekspresikan. Dan kalau ketahuan mencuri pandang, malunya minta maaf. Seperti anak-anak basket di sekolah-sekolah menengah ke atas. Banyak yang nge-fans sama mereka. Sebagian mereka ganteng, putih, kelihatan tajir, macho, kuat, kekar, tinggi, apa lagi coba kurangnya? Bodo di kelas. Itu mungkin kekurangannya. Sementara, justru yang pintar di kelas terlihat culun, rambut belah pinggir, kacamataan, pendiam, gigi berbentuk semaunya dan seterusnya. Padahal bisa jadi mereka ini calon presiden dan menteri.

Pesona dari segi makna seringkali didapat dari sikap yang luhur, sopan dan apapun yang disebut beradab. Beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang punya anak gadis mengutamakan calon-calon mantu seperti ini. Enak dipandang karena akhlaknya. Tapi banyak juga sich yang mengutamakan calon mantu mentereng, bawa mobil kemana-mana, baju ganti setiap wudhu dan dompetnya tak bisa dilipat saking tebalnya berisi. Cuma, tentu saja pesona akhlak itu lebih utama dari keduanya [fisik dan skill]. Orang yang berakhlak baik namun buruk fisik dan skill rendahan, ia masih dianggap manusia oleh manusia. Namun, yang fisiknya atau skill nya hebat sementara akhlaknya buruk, seringkali isi kebun binatang dikuras namanya untuk disebut sebagai modal kutukan dan misuh-misuh tertuju padanya. Nah, lho!?

Suyuthi itu tidak bagus mukanya. Tapi akhlaknya bagus dan skill nya juga jempolan. Makanya, biarpun kadang orang tidak tega lihat mukanya, ia tetap disukai oleh orang-orang baik.

Pesona...bisa terjadi alami...bisa pula dibuat sendiri. Buat orang lain benar-benar terpesona, maka ia akan menerimamu biarpun adanya.

No comments:

Post a Comment