Sunday, October 28, 2012

Tawa dan Senandung Untuk Tangis Kemudian


oleh Hasan Al-Jaizy

"Jikalau kalian tahu apa yang kutahu; niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa." [sabda Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-]

Namun, rupanya kita tidak tahu banyak dari yang beliau tahu. Bahkan segala yang beliau beritahukan, tidak seluruhnya kita ketahuinya. Terngeri adalah yang kita sudah ketahui, namun pura-pura kita tiada ketahui. Karena itulah, betapa jarangnya kita menangis dan betapa seringnya kita tertawa.

Adalah sebuah cerita dari teman sekelas saya di kampus, yang kini ia sedang berdakwah di kampungnya mengisi liburan. Teman saya, anak tanah Sunda ceritakan:

"Ketika itu, kala Ramadhan, seseorang berumur 30+ curahkan hati padaku. Ia berkata:

'Saya sudah bermasa lamanya tak menangis. Apapun itu yang terjadi, tak bisa saya menangis. Lama sudah bertahun-tahun mata ini rindu akan mengalirnya air darinya. Namun, hatiku tak mengamini; karena ku rasakan sendiri kerasnya membaja. Aku ingin sekali menangis. Aku ingin sekali benar-benar merasakan lunaknya hati. Bagaimana aku harus menangis? Aku tahu dosa-dosaku terjunjung menggunung!'

Aku pun berusaha memahami kegelisahannya. Bapak tersebut ikut i'tikaf bersama kami. Ia berusaha untuk menangis namun benar-benar segala upaya penghadiran hati tak bisa.

Hingga di malam terakhir Ramadhan ketika itu, akhirnya ia menangis. Ia menangis di majelisku. Tema yang kuangkat ketika itu adalah 'Berbakti Pada Orang Tua'. Di antara hadirin yang hadir, ku lihat ia benar-benar menangis. Momen itu sangat berbekas di hatiku."

Aduhai....betapa mahalnya sebuah tangisan dengan hati. Bahkan berlembar-lembar uang sedianya tak dapat membayar, hanya untuk mengeluarkan air dari mata dengan persetujuan hati.

Dan saksikan kini saudara-saudara kita tak luput dari tawa dan nyanyi. Ketika OVJ tour ke Bogor, disiarkan semalam. Menghabiskan banyak dana hanya demi 2 hal: Uang dan Tawa. Dunia...dunia!

Yang tersedih adalah ketika ribuan manusia di Bogor berderet di pinggir jalan menyambut member OVJ seakan mereka adalah pahlawan penyelamat bangsa...atau penyelamat agama. Padahal mereka hanyalah penertawa bangsa dan lelucon sosial. Padahal mana sudi mereka mendalami agama dan menyelamatkannya!? Lalu, kenapa manusia begitu hingar menyambut mereka dengan bingar??

Bahkan ada seorang anak SD, dengan seragam pramukanya, selepas sekolah bersikeras tidak mau pulang ke rumah bersama ibunya. Anak itu masih begitu lugu. Tubuhnya besar berlemak dan terlihat seperti 'kurang-dididik'. Maaf, jika opini dan penilaian ini terkesan buruk. Tapi, bagaimana mungkin seorang anak terdidik mengidolakan seorang pelawak? Pelawak pun tidak akan sudi mendidik. Urusan pelawak hanyalah melucu, menghibur dan mencari penghasilan dengan leluconnya. Dan pendidikan itu bukan untuk melucu dan menghibur.

Atau, ketika OVJ show di Monas...lihat saja berapa ratus ribu hadirin rela berpanas ria. Hanya untuk tertawa. Hanya untuk hiburan. Juga berapa ratus ribu yang rela berjubelan di stadion hanya untuk menonton sepakbola. Atau saudara-saudara kita yang safar jauh demi menonton manusia bernyanyi.

Kenapa banyak di hari nanti manusia menangis?

Karena mereka terlalu banyak tertawa di dunia.

Banyak tertawa metikan hati.

Hati yang mati adalah kematian sebelum kematian.

No comments:

Post a Comment