Tuesday, March 26, 2013

Tersiksa Tangisan

oleh Hasan Al-Jaizy 


Atau hanyakah aku menyaksikannya di layar televisi? Yaitu air mata buaya yang berlinang menyamudera menyandera hati-hati pemirsa dalam keharuan dan iba. Atau hanyakah aku menyaksikan kekonyolan itu di konser-konser boyband atau band pop-punk? Yaitu air mata dunia yang berlinang dan empunya berteriak menyebut nama-nama yang jikalau pemiliknya tak segera bertaubat, siksaan akhirat adalah janjinya.

Begitu banyak manusia kini tersiksa dengan ketenangan, kedamaian dan pemberian. Zahirnya ia tenang. Batinnya berusaha menenang. Namun sejatinya ia adalah siksaan dan penungguan terhadap masa-masa kehancuran. Kekufuran adalah sebuah siksaan sebelum siksaan, sebuah ujian sebelum ujian dan sebuah adzab sebelum adzab.


Jika disebut kata 'adzab', tentu bayangan keburukan tergambar di benak. Segala adzab adalah keburukan. Tiada adzab melainkan di dalamnya ada penderitaan, kesulitan dan kepayahan.

Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

السفر قطعة من العذاب

"Safar (perjalanan jauh) adalah sebagian dari adzab." [H.R. Bukhary, dan Muslim]

Safar bukanlah perjalan dekat yang hanya membutuhkan sedikit kepayahan. Ia adalah perjalanan jauh, meskipun dijalani dengan sebaik-baik kendaraan. Sementara, adzab yang dimaksud bukanlah adzab disebabkan kekufuran dan berupa penyiksaan dari Allah. Yang dimaksud dari adzab di hadits ini adalah penderitaan, kesukaran, dan kepayahan. Sehingga jangan sampai ditafsirkan bahwa safar secara dzat adalah keburukan. Tidak! Adakalanya safar adalah jihad, terlebih jika bertujuan untuk sampai ke sebuah majelis ilmu. Adakalanya safar adalah maksiat, jika tujuannya untuknya, atau melakukannya selaginya.

Begitu juga sabda beliau:

إن الميت ليعذب ببكاء أهله عليه

"Sesungguhnya mayit itu tersiksa dengan tangis keluarganya terhadapnya." [H.R. Bukhary, dan Muslim]

Ibnul Qayyim mengatakan:

أي يتألم ويتوجع لا أنه يعاقب بأعمالهم

"Maksudnya, mayit tersebut merasa menderita karena tangisan keluarganya, bukan disiksa karena perbuatan mereka (yang menangis itu)." [Ighatsah Al-Lahfaan, 1/36]

Salah satu siksaan yang terburuk adalah tercerainya persatuan, terberainya kesatuan dan terpecahnya persaudaraan. Kelak seorang anak durhaka akan tahu apa arti tangisan ibunya yang ia durhakai, ketika ia menjadi orang tua. Kelak mereka yang fanatik terhadap golongannya meskipun mengatasnamakan agama akan mengerti apa tafsiran dari tangisan para ulama yang ingin agar umat ini bersatu.

Namun, seringkali tangisan-tangisan itu menyiksa; karena kita difitrahkan tidak ingin melihat sebuah lukisan kesengsaraan, meskipun itu hanya berwujud sebuah tangisan.


No comments:

Post a Comment