Thursday, May 24, 2012

Islam Itu Kelihatan Norak Jadinya

oleh Hasan Al-Jaizy

"Islam itu Norak", batin mereka, yang sekaligus menjadi judul tulisan pendek ini.

"ISLAM ITU NORAK" [???]

Dua tanda tanya kita munculkan. Pertama, tanda tanya bagi mereka yang mengatakan kalimat di atas. Kedua, tanda tanya untuk mempertanyakan apa alasan kalimat tersebut muncul. Ketiga, tanda tanya bagi kita [muslimiin], bagaimana reaksi kita dengan kalimat tersebut.


 [?] TANDA TANYA PERTAMA

Siapa yang berkata kalimat tersebut [meski sekedar membatin]?

Jawabannya: Orang-orang non-muslim yang tinggal di sekitar kita, atau orang-orang muslim yang jahil, lalai, bodoh dan 'sekuler'.

Batin juga memiliki gudang rasa dan ungkapan yang tak terucap di lisan; karena tidak semua yang terasa terkata, sebagaimana tak semua yang terkata mewakili rasa. Toh banyak orang yang mengatakan, 'I love Prophet Muhammad', namun sama sekali tidak mewakili rasa. Bahkan bisa jadi, lain di kata, lain di rasa.


 [?] TANDA TANYA KEDUA

Mengapa mereka mengatakan Islam itu Norak?

Jawabannya: Beberapa point real [jangan menyangkal fakta ya]:

1. Masjid menjadi sumber kebisingan; karena kita lihat sekarang mereka memanfaatkan speaker untuk 'berdzikir' dengan volume yang mengganggu. Masjid adalah pusat perkumpulan [jama'ah] kaum muslimiin. Jama'ah = bising. NORAK.

2. Malam Jum'at benar-benar malam TERROR bagi para bayi, ibu hamil tua, orang2 sakit, orang2 tua, dan orang2 yang butuh istirahat segera. Lihat saja beberapa masjid, kuburan keramat, dan majelis dzikir dengan gaya noraknya menebar teror dengan kebisingan dzikir. NORAK.

3. Acara Maulid [tidak semuanya] dan semacamnya juga menjadi pusat kebisingan yang intinya: norak. NORAK.

4. Meski sangat minoritas, ada kelompok dari muslimiin yang bersikap ekstrim dalam menghadapi pemerintahan atau masyarakat non-Islami [baca: tidak menegakkan syariat Islam]. Lalu dengan mengatasnamakan jihad dan pembelaan syariat mereka merakit bom dan meneror. NORAK.

5. Jangankan orang non-muslim, bahkan beberapa orang muslim sendiri MENYESAL tinggal dekat masjid, karena bising. Jika itu sekedar adzan, ceramah atau dzikir sederhana dengan suara wajar, maka wajarlah teranggap. Bagaimana dengan dzikir ala Sufi ekstrim [Ghullat Shufiyyah]? NORAK.


[?] TANDA TANYA KETIGA

Bagaimana reaksi kita terhadap kalimat tersebut?

Jawaban: Bagi yang tidak mau ngaca, mesti langsung emosi dan mencak-mencak mencerca. Tapi cobalah kita tengok betapa bobroknya kita dan betapa sulitnya kita memperbaiki kebobrokan tersebut.

Betapa bodohnya kita disetir oleh setan yang mengatasnamakan agama untuk melakukan ritual yang dalam agama justru tidak diperkenankan!? Seperti teriak2 di malam hari memakai label 'dzikir' atau meneror mengatasnamakan jihad dan syariah.

Tanda tanya itu ujung-ujungnya terhunus depan kita juga; yang jika kita hanya berdiam tanpa berusaha menindaklanjuti dan memperbaiki, maka kelak kita juga yang kena tebasan.


Jadi, ada 3 nama: Ifrath -- Hikmah -- Tafriith

Bahwa orang yang berjalan menengah [Ahlus Sunnah] bagai berjalan di suatu lembah di tengah dua bukit. Ia berada dalam keamanan. Sementara dua bukit tersebut menjulang tinggi mendekati panasnya matahari atau dahsyatnya serangan angin. Dua bukit tersebut dihuni oleh 2 jenis: Jenis Mufrith [berlebihan] dan jenis Mufarrith [meremehkan].

Bahwasanya Hikmah adalah jalur Ahlus Sunnah. Sedangkan Ifrath dan Tafriith adalah jalur kezaliman. Karena lawan dari Hikmah [kebijaksanaan] dan Dzulm [Kezaliman].

1. Ifrath adalah sikap berlebihan. Bisa pula kau namakan ia Ghuluw. Terlarang dalam agama dan juga penyebab berpecah belah umat.
2. Hikmah adalah sikap menengah. Bisa pula kau namakan ia Adl. Teranjur dalam agama dan juga penyebab bersatunya umat.
3. Tafriith adalah sikap meremehkan. Bisa pula kau namakan ia Taqshiir. Terlarang dalam agama dan juga penyebab berpecah belah umat.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/392362717471786

No comments:

Post a Comment