Tuesday, February 28, 2012

Mulianya Adzan dan Muadzin

oleh Hasan Al-Jaizy

Sebenarnya menjadi muadzin tetap adalah sebuah jabatan mulia dan mendulang bergunung-gunung kurma pahala; terutama di masjid-masjid besar. Pasalnya, azan adalah seruan tuk tunaikan kewajiban terwajib bagi setiap individu muslim. 

Seorang alim yang menyeru seorang manusia pada lafadz istighfar akan mendapat pahala berlipat, meski yang diseru hanya satu orang. Kini gambarlah bayangan seberapa besar pahala bagi seorang muadzin tatkala ia serukan pada ratusan, ribuan manusia menuju penyembahan terhadap Allah!???

Sewajarnya jika kelak para muadzin memiliki posisi terhormat tersebab amalan itu. Dan selayaknya manusia pandang bahwa menjadi muadzin adalah kemuliaan.


NAMUN

Kemuliaan itu tercoreng oleh bisikan setan. Karena jika setan segan atau tak mampu jerumuskan seseorang pada keburukan lewat keburukan, ia akan berupaya jerumuskan seseorang pada keburukan lewat KEBAIKAN. 

Azan yang sungguh simple dan sarat makna, seringkali dihiasi dengan embel-embel tak perlu...juga dzikir-dzikir tambahan yang kemudian dianggap sunnah! Atau kita saksikan saja beberapa muadzin di masjid sebelum adzan malah teriak-teriak dengan alasan 'membangunkan' dan 'mengingatkan'. 

Jika itu alasannya, lantas apa gunanya adzan?


Yang kita semua inginkan adalah

Jika itu dasarnya sederhana namun sempurna, maka jadikan ia selalu berdasar pada asalnya. Tidak perlu kita tambahi sehingga menjadi tak sederhana lagi; karena nilai kesempurnaannya justru berkurang.

Syariat Islam, Sunnah Nabi...adalah sesuatu yang antik. Apa yang kau fikirkan tentang barang antik? Jika memang ia antik, tak perlu kau poles-poles, ditakutkan kau justru mengotori dan menurunkan derajat keantikannya.

Maka, jadikan itu semua kembali ke asalnya; tanpa inovasi yang tidak perlu. Karena seringkali manusia justru terjelembab dalam kesalahan karena ingin berinovasi.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/338768972831161


No comments:

Post a Comment